CEO McDonald's Ngeluh Bisnisnya Lesu Gegara Aksi Boikot Produk Pro Israel

CEO McDonald's Ngeluh Bisnisnya Lesu Gegara Aksi Boikot Produk Pro Israel

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 05 Jan 2024 08:40 WIB
Restoran cepat saji biasanya menjadi pilihan pertama saat perut keroncongan. Ini dia deretan 5 restoran McD terbesar yang pernah ada dari jumlah kursi.
McDonald's - Foto: Pool
Jakarta -

CEO McDonald's (MCD.N) Chris Kempczinski mengeluhkan kondisi pasar di Timur Tengah dan sejumlah pasar lainnya terkena pukulan hebat imbas konflik Israel-Hamas. Utamanya, karena aksi boikot yang dilakukan di sejumlah negara.

Jaringan restoran cepat saji besar di Barat termasuk McDonald's dan Starbucks (SBUX.O) terdampak kampanye boikot karena sikap mereka yang dinilai pro-Israel dan dugaan adanya aliran keuangan dengan Israel.

Dilansir dari Reuters, Jumat (5/1/2024), Kempczinski menilai, ada informasi yang salah terkait dengan McDonald's dalam hal ini. Pihaknya 'kecewa' dengan misinformasi yang tidak berdasar atas konflik tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk negara-negara Muslim, McDonald's diwakili oleh pemegang lisensi lokal yang bekerja tanpa kenal lelah untuk melayani dan mendukung komunitas mereka dan juga mempekerjakan ribuan warganya," kata Kempczinski dalam postingan LinkedIn.

Aksi boikot terhadap McDonald's mulanya dipicu oleh unggahan McDonald's Israel di media sosial pada bulan Oktober lalu. Disebutkan, mereka telah memberikan ribuan makanan gratis kepada tentara Israel.

ADVERTISEMENT

Kondisi ini sontak mendapat respons penolakan dari waralaba McDonald's di beberapa negara Muslim. Dalam hal ini, disoroti polarisasi politik regional yang dihadapi perusahaan-perusahaan global selama perang.

Beberapa merek Barat merasakan dampak boikot yang dilakukan di Mesir dan Yordania. Aksi boikot kini juga terjadi di beberapa negara di luar kawasan Arab, termasuk Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim.

Sebagai tambahan informasi, sekitar 1.200 warga Israel dibunuh oleh kelompok militan Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu. Sementara pemboman Israel telah menewaskan sekitar 22.438 orang di Gaza pada hari Kamis.

(shc/kil)

Hide Ads