Perusahaan Radio AS Ajukan Pailit ke Pengadilan

Perusahaan Radio AS Ajukan Pailit ke Pengadilan

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 08 Jan 2024 08:25 WIB
Real Estate concept, judge gavel / lawyer in auction with house model
Ilustrasi bangkrut - Foto: Getty Images/iStockphoto/Chalirmpoj Pimpisarn
Jakarta -

Salah satu perusahaan radio dan podcast terbesar di Amerika Serikat (AS) Audacy mengajukan perlindungan kepailitan 'Chapter 11' di Distrik Selatan Texas untuk pengurangan utang.

Dikutip dari CNN Business disebutkan Audacy mengajukan ke pengadilan pada Minggu. Perusahaan ini didirikan pada 1968 lalu dan berbasis di Philadelphia dan kini beroperasi dengan ratusan radio lain di AS.

Perusahaan kini memiliki utang yang menggunung namun tak diimbangi dengan pendapatan iklan. CEO Audacy David Field mengatakan, pihaknya sedang menandatangani perjanjian restrukturisasi untuk pengurangan jumlah utang dari sekitar US$ 1,9 miliar atau setara Rp 29,45 triliun (kurs Rp 15.500) menjadi US$ 350 juta atau setara 5,42 triliun. Selama beberapa bulan terakhir, perusahaan juga telah melakukan berbagai upaya transformasi untuk bertahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, tantangan makro ekonomi selama empat tahun terakhir yang dihadapi pasar periklanan tradisional telah menyebabkan pengurangan tajam belanja iklan radio kumulatif hingga miliaran dolar.

"Dengan skala kepemimpinan kami, konten audio premium kami yang unik dan struktur modal yang kuat, kami yakin Audacy akan berada pada posisi yang tepat untuk melanjutkan inovasi dan pertumbuhannya dalam bisnis audio dinamis," kata David, dalam sebuah pernyataan.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, perusahaan yang namanya telah dihapus dari Bursa Efek New York pada November 2023 itu mengatakan, pihaknya memastikan restrukturisasi tersebut tidak akan berdampak pada pengiklan, mitra, serta karyawan.

Dalam rilis pendapatan perusahaan kuartal III 2023, Field mengatakan bahwa Audacy sedang dalam 'percakapan konstruktif' dengan pemberi pinjamannya agar tetap bertahan.

Sementara itu, dalam pengajuan SEC bulan Mei, Audacy juga menunjukkan kondisi makro ekonomi saat ini yang merugikan perkiraan pendapatan mereka, seperti inflasi yang tinggi hingga meningkatnya persaingan untuk pengiklan. Audacy memperkirakan pendapatannya selama tahun depan tidak akan cukup untuk memenuhi kewajiban utangnya.

Perusahaan memiliki masa tenggang untuk pembayaran bunga yang jatuh tempo pada Oktober 2023. Saat itu, Audacy mengatakan akan menggunakan perpanjangan waktu tersebut untuk menyusun strategi rencana dengan pemberi pinjaman untuk operasional bisnisnya.

(kil/kil)

Hide Ads