Banyak cerita dari berbagai pengusaha yang jatuh bangun membangun bisnis hingga akhirnya sukses. Namun ada juga yang sebaliknya, dari sukses dan kaya, mendadak jatuh miskin. Hal ini seperti yang dialami salah satu mantan konglomerat asal Thailand, Sirivat Voravetvuthikun.
Melansir dari pemberitaan Bangkok Post pada 2020 lalu, Jumat (5/1/2024), pada awalnya Sirivat Voravetvuthikun merupakan seorang CEO di perusahaan investasi Asia Securities. Dia menjalani profesi ini setelah lulus kuliah dari University of Texas di Austin pada tahun 1974.
Hampir dua puluh tahun berkecimpung di bidang investasi, ia sukses mengumpulkan banyak uang dan sempat dinobatkan sebagai salah satu miliarder Thailand. Sayang kekayaan yang dimilikinya itu hanya sementara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab pada 1994 saat pasar saham di Thailand jatuh ia kehilangan sebagian besar hartanya. Tidak berhenti di sana, pada 1997 saat krisis global mulai melanda, banyak saham milik Sirivat yang gagal.
Tidak hanya terpuruk karena semua investasinya gagal, berdasarkan laporan VOA kala itu Sirivat juga terlilit utang sebesar US$ 30,4 juta. Tentu kondisi ini membuat keuangannya yang sudah hancur menjadi semakin berantakan, dan akhirnya ia pun dinyatakan bangkrut.
"Jadi hidup saya berubah total dari gaya hidup mewah menjadi gaya hidup biasa saja," katanya sebagaimana dikutip dari VOA.
Usai kebangkrutan yang dialaminya, Sirivat mau tak mau harus menelan harga dirinya dan mulai berjualan sandwich di jalanan Bangkok. Pada hari pertamanya berjualan, Sirivat hanya bisa membawa pulang US$ 14 atau Rp 217 ribu.
Meski begitu, Sirivat tidak lantas berkecil hati atau putus asa. Sebab menurutnya bila ia menyerah untuk berjualan roti, maka ia dan sang istri tidak bisa melanjutkan hidup karena sudah tida ada lagi orang yang mau menolongnya.
"saya menyadari jika kami menyerah, tidak ada seorang pun yang akan membantu kami. Apa pun yang terjadi, kami berdua (ia dan istrinya) harus saling membantu. Sebesar apapun kecewanya kami, kami harus berjuang," ungkapnya.
Hingga saat ini Sivitar diketahui masih berdagang roti bakar di Bangkok. Tidak hanya itu, ia juga mulai membuka usaha kedai kopi dan katering. Namun di luar itu bekas konglomerat ini mengaku masih melakukan investasi saham sebagai pekerjaan sambilan.
Bermodalkan pengetahuannya di bidang investasi serta pengalaman pahitnya dulu, ia mengaku masih cukup percaya diri untuk menyimpan uangnya dalam bentuk saham di bursa efek Thailand. Tentu dengan modal yang tak sebanyak dulu.
(fdl/fdl)