Inflasi Argentina Tembus 211%, Rekor Sejak 1990an!

Inflasi Argentina Tembus 211%, Rekor Sejak 1990an!

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 12 Jan 2024 08:12 WIB
Protesters wearing national flags, rally against the economic reforms of President Javier Milei outside the Supreme Court as labor unions legally challenge the measures, in Buenos Aires, Argentina, Dec. 27, 2023. (AP Photo/Rodrigo Abd)
Momen Warga Argentina Protes Kebijakan Ekonomi/Foto: AP/Rodrigo Abd
Jakarta -

Argentina melaporkan tingkat inflasi tahunan 2023 meroket 211%. Angka ini menjadi inflasi tertinggi sejak awal 1990an.

Sementara inflasi Desember 2023 mencapai 25,5%. Argentina memang tengah berupaya mencegah negara tersebut mengalami hiperinflasi atau inflasi yang tidak terkendali karena harga-harga cepat mengalami kenaikan.

Dikutip dari Reuters, Jumat (12/1/2024), Presiden Javier Milei terus berupaya untuk mencegah hiperinflasi dengan langkah-langkah penghematan yang ketat. Dia yang baru menjabat pada 10 Desember 2023 itu juga telah berjanji untuk mengendalikan inflasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Milei telah menjelaskan bahwa mengendalikan inflasi bukan sesuatu yang mudah. Jadi, perlu waktu yang cukup panjang untuk Argentina berada pada posisi inflasi yang baik.

Dia diketahui telah menerapkan langkah-langkah penghematan yang ketat untuk menurunkan inflasi, mengurangi defisit fiskal yang besar dan membangun kembali kas pemerintah.

ADVERTISEMENT

Tingkat inflasi tahunan Argentina telah melampaui negara tetangganya, Venezuela yang merupakan negara dengan inflasi paling tinggi di Amerika Latin sebesar 193% pada 2023.

Masyarakat Argentina juga mengakui tidak ada lagi barang yang murah di negara tersebut. Akibat mahalnya kebutuhan, masyarakat juga terus memangkas jumlah konsumsinya.

"Tidak ada yang murah. Sebelumnya membeli satu kilo (kentang), sekarang saya dapat tiga atau empat kentang," ujar Graciela Bravo, seorang pensiunan berusia 65 tahun.

Begitu juga yang dilakukan oleh seorang pengacara (49) Alejandro Grossi, yang telah memangkas jumlah pembelian untuk kebutuhannya. Hal itu diakui telah dilakukan bertahun-tahun ketika inflasi yang terus tinggi.

"Saya membeli lebih sedikit barang untuk diri saya sendiri daripada yang saya inginkan. Harus beradaptasi. Sepertinya kita sudah terbiasa, hal ini sudah menjadi sesuatu yang wajar di sini, inflasi dan perubahan harga," jelas dia.

(ada/ara)

Hide Ads