Kesuksesan bisa diraih siapa saja. Hal ini telah dibuktikan oleh salah satu orang paling tajir di Korea Selatan, Lee Su-jin. Sebab sebelum menjadi miliarder seperti saat ini, Lee pernah bekerja sebagai petugas kebersihan atau cleaning service di salah satu motel.
Melansir dari laporan Forbes, Jumat (19/1/2024), Lee Su-jin adalah pendiri sekaligus pemimpin perusahaan pengelola aplikasi perjalanan di Korea Selatan, Yanolja. Di perusahaan itu, dirinya tercatat memiliki 32% saham yang ia pegang bersama istri dan dua putrinya.
Berkat kekayaan yang dimilikinya itu, saat ini dirinya ditaksir memiliki kekayaan senilai US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 18,75 triliun (kurs Rp 15.625/dolar AS). Lee Su-Jin saat ini juga tercatat berada di posisi ke-26 orang terkaya di Negeri Gingseng dan posisi ke-2.259 sebagai orang paling tajir di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesuksesannya menjadi salah satu konglomerat terkaya di dunia itu berawal saat aplikasi yang dibuatnya mendapat pendanaan dari SoftBank Vision Fund 2 sebesar US$ 1,7 miliar atau Rp 26,56 triliun pada Juli 2021 lalu.
Dengan dana tersebut, perusahaan milik Lee mampu memperluas bisnis berbasis cloud dalam beberapa tahun terakhir. Di luar itu berkat pulihnya sektor pariwisata pasca pandemi membuat aplikasi Yanolja semakin banyak digunakan.
Meski begitu, ternyata perjuangannya menjadi salah satu orang paling kaya di bumi tidaklah mudah. Sebab saat masih kecil ia harus hidup sebagai seorang yatim piatu setelah ditinggal kedua orang tuanya.
Berdasarkan laporan CNBC, karena kondisi ekonomi yang kurang mumpuni, Lee harus memulai kariernya di industri perjalanan sebagai petugas kebersihan motel yang menawarkan akomodasi jangka pendek dengan tarif per jam.
Di Korea sendiri motel semacam itu kerap digunakan hanya untuk bercinta, sehingga memberikan kesan yang kurang baik. Namun pekerjaan itu tetap diambil Lee karena dengan begitu ia bisa mendapatkan gaji tetap dan tempat tinggal.
"Hari demi hari, saya merasa sedih namun tetap bertahan. Rasanya seperti mimpi (setelah sukses) sekarang," katanya.
Dari pekerjaannya itu ia mulai menabung untum berinvestasi di saham dan bahkan memulai bisnis salad. Sayang perusahaan pertama yang dirintisnya itu gagal, dan membuatnya kembali ke bidang perhotelan.
Pada saat itulah Lee Su-Jin membuat aplikasi ulasan pada 2005 lalu. Barulah 2 tahun setelahnya aplikasi itu berubah menjadi Yanolja untuk mengakomodir para pelancong yang ingin menyewa motel.
Namun saat Korea Selatan mengesahkan undang-undang anti-prostitusi pada tahun 2019, Lee khawatir motel-motel yang menjadi sumber cuannya akan bangkrut. Untuk itu dirinya mulai merubah cintra motel-motel tadi dari tempat untuk bercinta jadi akomodasi murah.
Pada kesempatan itu ia banyak melakukan modernisasi motel-motel yang ada, serta meyakinkan para wisatawan bahwa hotel tersebut aman, nyaman, dan hemat biaya. "Jika semua motel mengandalkan cinta, mereka akan mati kelaparan," katanya lagi.
Dari sana aplikasi Yanolja kian berkembang hingga membuat Lee Su-Jin menjadi sesukses sekarang. Bahkan saat ini dirinya sudah menjadi salah satu konglomerat terkaya di dunia meski dulunya hanya cleaning service motel.
"Sebelumnya, banyak orang tidak bisa pergi ke motel karena malu. Tetapi kami berhasil menarik tamu bahkan untuk berwisata. Itu perubahan terbesar," terang Lee.
(fdl/fdl)