Mahfud Sebut Impor Pangan di Era Jokowi Makin Banyak, Bagaimana Faktanya?

Mahfud Sebut Impor Pangan di Era Jokowi Makin Banyak, Bagaimana Faktanya?

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 22 Jan 2024 12:58 WIB
Cawapres nomor urut 3, Mahfud Md, menilai jawaban dari cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, soal greenflation tidak karuan. (YouTube KPU RI)
Foto: Cawapres nomor urut 3, Mahfud Md (YouTube KPU RI)
Jakarta -

Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 03, Mahfud MD, menyinggung kebijakan impor pangan pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut makin banyak. Hal ini diungkapkan saat bertanya kepada cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka.

Mahfud mencontohkan misalnya impor beras yang disebut mencapai 2,8 juta ton, daging sapi hingga 160 juta ton, gula pasir 4 juta ton hingga kedelai mencapai 2 juta ton.

"Pertanyaan itu dulu pak Prabowo bertanya katanya pak Jokowi nggak mau impor beras. Faktanya hari ini catatan saat ini harus dibaca impor kedelai 2 juta ton, susu 280 juta ton, gula pasir 4 juta ton beras 2,8 ton, daging sapi 160 juta ton," ungkap dia dalam debat pemilihan presiden (pilpres) 2024 keempat yang terlaksana di JCC Senayan, Minggu (21/1) semalam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini hasilnya hasil debat dulu tanggal 17 Juli, perkembangannya semakin banyak angkanya, semakin banyak impornya, semakin terdiserfikasi, semakin terverifikasi impornya dari data ini," tambah dia.

Lantas bagaimana faktanya?

Badan Pangan Nasional mencatat untuk impor beras sendiri pada 2023 tercatat memang mencapai 2,8 juta ton. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengungkap, importasi itu dilakukan karena produksi petani dalam negeri mengalami penurunan.

ADVERTISEMENT

Alhasil berdampak pada harga beras itu sendiri di tingkat konsumen. Untuk itu, diperlukan cadangan beras pemerintah (CBP) yang digelontorkan untuk mengintervensi harga dan membantu masyarakat kelas bawah.

"Produksi beras kita itu turun signifkan dari tahun sebelumnya, jadi untuk cadangan pangan pemerintah (CPP) kita perlu impor," ujar Arief kepada detikcom, Senin (22/1/2024).

Dalam catatan detikcom, produksi beras selama 2023 memang di bawah kebutuhan masyarakat Indonesia yang mencapai 31 juta ton. Namun, produksi selama 2023 mengalami penurunan. Hal ini juga telah diakui oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dengan Komisi IV DPR RI, di Gedung DPR Senayan, Jakarta Pusat, Senin (13/11/2023) lalu.

Badan Pusat Statistika (BPS) juga mengungkap total produksi beras pada 2023 diperkirakan sekitar 30,90 juta ton beras atau mengalami penurunan sebesar 645,09 ribu ton beras (2,05%) dibandingkan produksi beras pada 2022 yang sebesar 31,54 juta ton beras.

Kemudian, Arief menerangkan juga terkait jumlah impor kedelai yang mencapai 2,5 juta ton bukan 4 juta ton setahun. Lalu impor gula pasir untuk konsumsi itu hanya 991 ribu ton, dan impor daging kerbau 100 ribu ton.

"Total kebutuhan daging kita itu 689 ribu ton setahun. Asumsinya pada tahun 2024 kebutuhan bisa mencapai 720 ribu ton," terang dia.

Meski demikian, Arief mengatakan pemerintah tetap mengutamakan produksi dalam negeri. Hal ini didorong agar ekonomi pertumbuhannya untuk komoditas pangan menggeliat di dalam negeri.

"Kita kolaborasikan ide ide baiknya seperti Penguatan Badan Pangan Nasional, Bulog dan ID FOOD untuk CPP. Tingkatkan Produksi dalam negeri mulai dari pemenuhan benih, pupuk, lahan, penyuluh," pungkasnya.

Simak juga Video 'Gibran soal Energi Hijau, Mahfud soal Tambang Ilegal, Cak Imin soal Pangan':

[Gambas:Video 20detik]



(ada/das)

Hide Ads