Impor beras jutaan ton selama tiga tahun belakangan ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap pada 2023 saja kenaikannya hingga 3,06 juta ton.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan importasi yang dilakukan selama beberapa tahun belakangan ini karena terjadi penurunan produksi beras. Hal itu yang menyebabkan naiknya harga beras. Penurunan produksi juga terjadi pada awal tahun 2024, maka dibutuhkan importasi.
"Jadi kita sudah tahu Januari-Februari ada defisit (produksi) 2,8 juta ton. Kalau nggak boleh negara impor, padahal kita sudah tahu akan kurang (hasil produksi), konsumen itu juga kan petani," ujar Arief kepada detikcom, dikutip Selasa (23/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Importasi yang dilakukan akan digunakan untuk penyaluran bantuan pangan kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM), untuk intervensi harga melalui beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Arief juga memastikan, importasi yang masuk tidak akan merusak harga di petani.
"Harga di petani sudah bagus belum sekarang? Iya, bagus. Importasi juga itu nggak otomatis masuk, tetapi secara bertahap karena tidak muda cari beras di luar negeri bongkarnya lama, ordernya lama," jelas dia.
Bantuan pangan sendiri membutuhkan beras sekitar 640 ribu ton setiap 3 bulan. Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga memerintahkan agar negara memiliki cadangan beras pemerintah (CBP) 3 juta ton.
Saat ini CBP yang dikelola Perum Bulog ada 1,4 juta ton. Stok itu akan keluar untuk terus menerus menyalurkan bantuan pangan beras. Perum Bulog belum menyerap dari petani dalam negeri karena produksi menurun. CBP itu akan habis untuk penyaluran pangan, tetapi akan ada beras impor masuk 1 juta ton.
"Pak Presiden minta kita punya 3 juta ton cadangan pangan, bantuan pangan saja 3 bulan itu 640 ribu ton, bantuan pangan 640 ribu ton, 2 kali jadi 1,3 juta ton. Itu sudah keluar, stok nanti akan masuk 1 juta ton. Ini juga susah masukin barangnya," jelas dia.
Dalam keterangan tertulis, Arief mengatakan pemerintah berkomitmen apabila panen raya telah tiba, maka impor akan dihentikan. Arief menuturkan harapannya hasil pada panen raya membaik, sehingga kebutuhan konsumsi beras nasional dapat dipenuhi. BUMN pangan telah ditugaskannya untuk bersiap menyerap produksi dalam negeri.
"Hari ini stok di Bulog 1,4 juta ton. Kemudian kita juga siapkan setiap minggu itu ada bidding (penawaran) isinya 500 ribu ton dan akan masuk secara bertahap. Begitu panen raya, kita stop (importasi), karena kita ingin menjaga harga di tingkat petani," paparnya.
"Kita berharap dalam 2-3 bulan ini panen kita baik dan Bapak Mentan (Menteri Pertanian) sendiri sudah menyampaikan bahwa sudah menanam lebih dari 1 juta hektar di 1-2 bulan terakhir. Jadi kebutuhan beras bulanan 2,55 juta ton itu bisa dipenuhi apabila kita luas tanamnya minimal 1 juta hektar," tutupnya.
(ada/das)