Impor Beras Tahun Ini 3 Juta Ton, Kapan Masuk RI?

Impor Beras Tahun Ini 3 Juta Ton, Kapan Masuk RI?

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 23 Jan 2024 09:55 WIB
Pemerintah memberikan sinyal rencana impor beras. Namun opsi impor akan ditentukan setelah melihat panen raya selama tiga bulan ke depan.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Badan Pangan Nasional mengungkap beras impor yang akan masuk pada tahun ini diperkirakan 3 juta ton. Angka itu merupakan gabungan antara sisa impor 2023 penugasan tambahan 1 juta ton dan kuota 2 juta ton 2024.

"Kalau 2023 kan 2 juta, ditambah 1,5 juta ton. Kan sisanya 1 juta. Nah tahun ini 2 juta. Kuota itu kan diterbitkan tahun lalu dan nggak bisa penuhi semua (di 2023), jadi untuk carry over 2024," ungkap Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, kepada detikcom, Senin (22/1/2024).

Arief mengungkap, saat ini yang akan masuk pada awal tahun merupakan sisa kuota impor 2023 sebanyak 1 juta ton. "Ini terus masih bongkar muat yang sisa 2023, kita terus masukin carry over sekitar 1 juta (ton)," ungkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara sisa kuota 2 juta ton, belum akan digunakan karena pemerintah melihat terlebih dahulu kebutuhan dalam negeri seperti apa. Arief mengatakan jika hasil percepatan tanam padi jumlahnya cukup untuk cadangan beras pemerintah (CBP), maka impor tidak akan dilakukan lagi.

"Nanti kuota 2 juta, misalnya sudah cukup impor sejuta, ya kalau kurang ya kita nambah, bukan kuota itu harus habis. Tetapi kalau tanam itu 2 juta ha, 2 juta ha, ya kita nggak usah impor, kenapa harus impor? Tetapi ini harus kita kerjain, Pak Presiden minta kita punya cadangan 3 juta ton," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Arief memastikan bahwa importasi yang dilakukan akan bertahap dan terukur demi menjaga harga di petani. Seperti importasi yang telah dilakukan, disebut tidak mengganggu harga di petani.

Data pada panel harga pangan, per 31 Desember 2023, rata-rata harga GKP di tingkat petani pada semua provinsi ada di Rp 6.790 per kg. Kemudian harga GKP tingkat petani mengalami kenaikan per 21 Januari 2024 menjadi sebesar Rp 6.810 per kg.

"Harga di tingkat petani bagus nggak? Bagus. Kemarin impor 2 juta bagus nggak (harga gabah di petani), bagus iya. Impor harus terukur itu otomatis masuk secara bertahap karena, tidak mudah mencari beras di luar negeri, bongkarnya lama, ordernya lama," terang dia.

Adapun alasan impor yang harus dilakukan ini karena pada produksi beras dari petani dalam negeri pada awal tahun diproyeksi akan lebih rendah dari kebutuhan. Jadi, untuk menambal kekurangan itu, dibutuhkan importasi.

Dalam keterangan tertulis, Arief juga menjelaskan bahwa importasi ini hanya masuk ke gudang Bulog dan akan dipakai untuk intervensi pemerintah, seperti bantuan pangan, kemudian SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan).

SPHP sendiri merupakan beras intervensi pasar yang menjadi pilihan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan beras lebih murah.

"Dan kebutuhan-kebutuhan khusus, misalnya untuk beras premium kita berikan kepada para penggiling padi. Tahun lalu sudah realisasi 200 ribu ton, yang tahun ini juga sudah disetujui Bapak Presiden diberikan 200 ribu ton lagi. Jadi penggiling padinya juga harus dijaga, karena penggiling padinya ini jangan sampai stop produksi, karena keterbatasan gabah," ungkapnya.

(ada/das)

Hide Ads