Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan lokasi di mana program Food Estate berhasil produksi mulai dari, bawang, kentang, cabai, jagung, singkong, hingga padi.
Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto mengatakan pertama, Food Estate di Humbang Hasundutan seluas 418,29 hektar. Ia menyebut lahan Food Estate di daerah tersebut telah menghasilkan produk hortikultura, seperti bawang merah.
"Kenyataannya banyak yang berhasil, petani yang merasakan hasilnya sudah memiliki mobil sendiri, alsintan (alat mesin pertanian) sendiri. Di Humbahas itu komoditasnya sayuran, kentang, kubis, bawang merah," ujar pria yang juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Jenderal Hortikultura Kementan itu, kepada detikcom, Selasa (23/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, lahan Food Estate di Temanggung dan Wonosobo seluas 907 hektar telah berhasil panen komoditas hortikultura. Prihasto juga menyebutkan hasil produksi di kawasan tersebut seperti bawang merah, cabai, bawang putih, kentang.
"Yang dikelola di Ditjen Horti itu Humbahas, Wonosobo, itu juga berhasil macam macam, bawang merah, cabai, bawang putih, kentang," ungkapnya.
Selain itu, beberapa daerah Food Estate lainnya memang dikelola oleh Direktorat lainnya. Contohnya Kalimantan Tengah yang dikelola oleh Kementerian Pertahanan bekerja sama dengan Kementan melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.
Dalam catatan Kementan, Food Estate di Kalteng berhasil melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan hingga mampu panen padi dengan produktivitas 5 ton/ha.
Selain itu, Food Estate di Gunung Mas, Kalteng juga disebut sudah panen jagung seluas 10 hektar dan singkong seluas 3 hektar. Kemudian di Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan kabupaten Keerom, Papua yang telah mampu panen jagung seluas 500 hektar.
Prihasto mengatakan tidak mudah untuk mengembangkan program food estate. Ia mengakui dalam perjalanannya ada yang gagal dan berhasil.
Ia mencontohkan lahan Food Estate yang berada di Humbang Hasundutan (Humbahas). Menurutnya ada sejumlah lahan Food Estate di daerah tersebut gagal, karena sejumlah faktor.
"Ada yang gagal. Gagal kenapa? Ternyata gagal, ternyata petaninya sudah tua sehingga produktivitasnya turun, petaninya kekurangan modal karena hasil panennya digunakan untuk kebutuhan konsumsi, akhirnya untuk tanam berikutnya tidak punya modal
Kemudian tantangan selanjutnya, Food Estate di Humbahas ini merupakan lahan yang baru dibuka atau sebelumnya bukan lahan pertanian. Menurutnya, meningkatkan produktivitas lahan baru tidak mudah dan cepat, butuh beberapa kali musim tanam untuk melihat hasilnya.
"Kalau tanah baru dibuka nggak mungkin 1 tahun dia bisa produktivitasnya tinggi, jadi baru akan musim tanam 4 ke 5 baru terlihat (hasilnya)," pungkasnya.
Sebelumnya, Food Estate menjadi sorotan nomor urut 1 Muhaimin Iskandar dan cawapres nomor urut 3 Mahfud Md. Keduanya menyatakan prihatin dengan program tersebut dan menyebut gagal. Hal itu diungkapkan dalam acara Debat Pilpres keempat di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024).
Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin memaparkan visi-misinya terkait pembangunan, energi, pangan hingga agraria di debat cawapres malam ini. Dalam kesempatan itu, Cak Imin menyindir soal seseorang yang memiliki kuasa atas tanah 550 ribu hektare dan mengatakan masalah pangan dengan food estate mesti dihentikan.
"Hasil sensus pertanian BPS menunjukkan bahwa 10 tahun terakhir telah terjadi jumlah petani rumah tangga gurem, rumah tangga petani gurem berjumlah hampir 3 juta. Ini artinya 16 juta rumah tangga petani hanya memiliki tanah setengah hektare," ucap Cak Imin,
Sementara itu Cawapres nomor urut 03, Mahfud Md menyebut proyek Food Estate menjadi salah satu proyek pemerintah yang gagal dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dia bilang, proyek ini justru merusak lingkungan dan membuat rugi negara.
"Untuk menjaga kelestarian lingkungan alam kita, kita punya program petani bangga bertani, di laut jaya, nelayan sejahtera," tutupnya.
(ada/rir)