Jerman sedang mengalami demo besar-besaran dari para pekerja kereta api. Transportasi publik lumpuh imbas hal tersebut, sejumlah analis bahkan memperkirakan negara dengan perekonomian terbesar di Eropa itu merugi US$ 1,1 miliar atau Rp 17,2 triliun (kurs Rp 15.718).
Para masinis kereta api di Jerman disebut bakal melakukan mogok kerja terlama mulai Rabu (24/1/2024). Menteri Perhubungan Jerman, Volker Wissing, pun mengecam aksi industri yang direncanakan berlangsung enam hari tersebut.
Ia menilai demonstrasi sebagai tindakan "destruktif" yang dapat menambah tekanan lebih lanjut terhadap rantai pasokan global yang sudah terganggu karena serangan Milisi Houthi di Laut Merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tindakan yang berkepanjangan ini merupakan serangan terhadap perekonomian Jerman," ucap juru bicara perusahaan perkeretaapian asal Jerman, Deutsche Bahn, Anja Broeker.
Anja mencatat, bahwa lalu lintas kargo yang dilayani pihaknya mencakup pasokan untuk pembangkit listrik serta kilang minyak.
"DB Cargo akan melakukan segalanya untuk mengamankan rantai pasokan, namun (demonstransi) jelas akan ada dampaknya," tambahnya.
Pemogokan yang diserukan serikat pekerja sendiri dikabarkan berlangsung mulai Rabu (24/1) hingga Senin (29/1). Sementara pemogokan kereta barang, dimulai sejak Selasa kemaren (23/1).
Pemogokan disebut tidak hanya berdampak terhadap layanan kereta jauh, namun juga kereta yang beroperasi di pinggiran kota seperti Berlin.
Demonstrasi yang tercacat adalah keempat sejak November 2023 itu membuat penumpang berlomba-lomba melakukan ulang tiket kereta sampai membatalkan rencana keberangkatan. Situasi ini mengancam kerugian besar di tengah melesunya perekonomian Jerman.
Deutache Bahn pun memperkirakan, kerugian akibat pemogokan setiap harinya bisa mencapai puluhan juta. Namun sejumlah pakar industri memperingatkan mogok akan memberi dampak negatif lebih besar terhadap perekonomian.
Ekonom dari Cologne's Institute for Economic Research, Michael Groemling, mengatakan penghentian kereta api nasional dapat merugikan negara hingga 100 juta euro per hari.
Dampak ekonomi pun dinilainya tidak akan terasa dalam satu sampai dua hari, namun dapat berlipat ganda. Hal ini mengingat gangguan angkutan laut akibat serangan Houthi, serta masalah transportasi jalan raya.
"Perkiraan kasar menunjukkan bahwa dalam kasus ekstrim, serangan ini dapat menelan biaya hingga satu miliar euro," ungkapnya.
Menteri Perhubungan Jerman, Volker Wissing, pun menilai tidak masuk akal jika perundingan tidak dilakukan. Pasalnya, serikat pekerja diketahui sudah tiga kali menolak tawaran Deutsche Bahn.
Serikat buruh mengaku melakukan hal ini karena para petinggi perusahaan, sebut mereka, "tidak menunjukkan tanda-tanda kesediaan untuk mencapai kesepakatan".
Dalam tuntutannya, serikat buruh diketahui menuntut upah yang lebih tinggi untuk mengompensasi inflasi, serta pengurangan jam kerja dari 38 jam menjadi 35 jam dalam seminggu tanpa pengurangan upah.
Menurut mereka, hal ini perlu dilakukan untuk membuat pekerjaan masinis lebih menarik di mata anak muda.
Namun, Deutsche Bahn mengecam hal tersebut. Mereka menjelaskan telah menawarkan kenaikan gaji hingga 13 persen dan bonus inflasi satu kali, serta peluang untuk mengurangi jam kerja dalam seminggu mulai 2026 mendatang. Tawaran itu tetap ditolak.
Sebagai informasi, Deutsche Bahn tahun lalu juga berselisih dengan serikat kereta api EVG, yang mewakili sekitar 180.000 personel kereta api non-pengemudi. Namun, kedua pihak berhasil mencapai kesepakatan pada akhir Agustus 2023.
Pemogokan yang akan terjadi selama enam hari mendatang pun akan memecahkan rekor aksi sebelumnya terjadi pada Mei 2015. Kala itu, demonstrasi berlangsung selama lima hari.
Lihat juga Video 'Penampakan Traktor Petani Blokade Jalan Raya di Jerman':