Anak Muda di China Makin Banyak yang Nganggur

Anak Muda di China Makin Banyak yang Nganggur

Samuel Gading - detikFinance
Kamis, 25 Jan 2024 17:03 WIB
A man sings for customers touring the Erhai lake on a sightseeing bus, in Dali, Yunnan province, China November 10, 2023. REUTERS/Florence Lo
Ilustrasi/Foto: REUTERS/Florence Lo
Jakarta -

The Economist Intelligence Unit (EIU) memprediksi angka pengangguran anak muda di China tetap tinggi pada 2024, dikarenakan banyak lulusan baru menyasar pekerjaan di sektor manufaktur yang sedang berkembang.

Persoalan itu disebabkan jumlah pekerjaan di sektor itu lebih sedikit dibandingkan jumlah pelamar. Meskipun angka pengangguran anak muda di China disebut turun 2025 karena tren penurunan populasi usia pekerja, EIU melihat tingkat pengangguran masih akan tinggi.

"Lonjakan lulusan baru belum diimbangi dengan peningkatan kesempatan kerja baru yang sepadan," kata analis EIU dilansir dari CNBC pada Kamis, (25/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

EIU menilai, pemulihan ekonomi pasca Pandemi Covid-19 tidak akan berpengaruh banyak terhadap pasar tenaga kerja. Sebab, lonjakan jumlah lulusan baru tidak sebanding dengan jumlah kesempatan kerja.

Mayoritas pegawai baru ditawarkan upah yang lebih rendah di tengah kelebihan jumlah pencari kerja. Ancaman lanjutan pun berpotensi datang dari otomatisasi.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan data bulanan dari Biro Statistik Nasional Tiongkok yang dirilis Rabu lalu, tingkat pengangguran generasi muda berusia 16 hingga 24 tahun di negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia itu mencapai 14,9.

Angka ini sebanding dengan tingkat pengangguran perkotaan di Tiongkok yang mencapai 5,1% pada bulan yang sama yakni Desember 2023.

Tingkat pengangguran anak muda China sebelumnya telah naik ke rekor tertinggi, yakni lebih dari 20% sebelum China memutuskan menghentikan publikasi data pengangguran. Kala itu, Pemerintah China beralasan perlu menilai kembali metode perhitungan.

EIU pun menekankan, tingginya angka pengangguran akan memiliki dampak sisa terhadap perekonomian China. Mulai dari melemahnya pendapatan seumur hidup, menurunnya daya beli, hingga tertundanya pernikahan dan melahirkan anak.

Lembaga itu mencatat, bahwa masalah-masalah ini akan menimbulkan implikasi fiskal bagi China dalam bentuk meningkatnya kebutuhan akan kesejahteraan.

Hal tersebut kemungkinan besar akan menambah dampak ekonomi dari penurunan demografi China, yang tercatat mengalami penurunan populasi tahunan kedua berturut-turut pada tahun lalu.

Populasi China sendiri menyusut lebih dari 2 juta orang menjadi 1,41 miliar pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah populasi menurun sebanyak 850.000 orang pada tahun 2022 dari tahun 2021.

Simak juga Video 'Ekonomi China Sedang Tidak Baik-baik Saja':

[Gambas:Video 20detik]



(rrd/rir)

Hide Ads