Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi buka suara terkait viral beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang ditempeli stiker pasangan calon nomor urut 2, calon presiden (capres) Prabowo Subianto dan calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka.
Bayu memastikan dalam proses pengemasan dari Bulog tidak ada atribut politik apapun. Jadi, setelah dibeli konsumen, Bulog tidak lagi dapat mengatur akan digunakan sebagai apa beras tersebut.
"Setelah beras dibeli oleh masyarakat Bulog tidak dapat mengatur apa yang akan dilakukan masyarakat atas beras itu. Dari Bulog tidak ada atribut politik apapun," kata dia dalam keterangannya kepada detikcom, Kamis (25/1/2024).
Bayu menerangkan, beras SPHP sudah tersedia di mana-mana, jadi siapapun bisa membelinya. Perum Bulog memang banyak melalukan kerja sama dengan jaringan distributor hingga ritel modern. Hal itu dilakukan untuk mempercepat intervensi stok dan harga beras.
"Beras SPHP sangat mudah didapatkan karena Bulog bekerjasama dengan berbagai jaringan distributor sampai ke retail modern agar masyarakat gampang untuk mengakses beras tersebut sehingga program stabilisasi harga beras dapat terlaksana secara masif dalam rangka menjaga stabilitas harga beras," pungkasnya.
Beras SPHP adalah produk dari pemerintah yang disalurkan melalui Perum Bulog. Fungsi dari beras tersebut adalah untuk stabilisasi stok dan harga beras. Bentuk stabilisasi yang dilakukan pemerintah menggunakan SPHP di antaranya untuk disalurkan sebagai bantuan pangan dan intervensi harga.
Beras tersebut bisa didapatkan masyarakat di pasar tradisional, ritel modern hingga pasar induk. Harga dari SPHP itu memang lebih murah dibandingkan merek lainnya yakni Rp 10.900 per kilogram (kg). Bulog menjual beras tersebut dalam kemasan 5 kg seharga Rp 54.500.
Viral di Medsos
Sebagai informasi, viral di media sosial foto beras Perum Bulog atau beras SPHP ditempeli foto pasangan calon nomor urut 2, calon presiden (capres) Prabowo Subianto dan (cawapres) calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka.
Netizen menyoroti foto tersebut karena beras itu merupakan beras yang dikeluarkan pemerintah melalui Perum Bulog dan Badan Pangan Nasional untuk bantuan pangan serta dijual lebih murah dari merek lainnya.
"Melanggar Konstitusi sudah. Melanggar aturan debat sudah. Melanggar netralitas aparat sudah. Melanggar integritas sebagai pejabat sudah. Sekarang pakai beras Bulog untuk kampanye juga," ungkap salah satu akun yang mengunggah foto beras SPHP tersebut di X.
Foto yang beredar itu hanya satu beras. Namun, dalam cuitan lainnya akun tersebut mengungkapkan bahwa beras tersebut seharusnya tidak bisa dibeli dalam jumlah banyak.
"Beras merek SPHP itu hanya boleh dibeli maksimal 10 kg/orang atau masing-masing 2 Pack yang 5 kg/pack. Jika 1 orang hanya boleh maksimal membeli 10 Kg, lantas bagaimana mekanisme pembelian ratusan hingga ribuan kilogram karena saat kampanye tidak mungkin hanya 1 warga yang dikasih," ungkapnya.
(ada/ara)