Krisis Laut Merah telah memunculkan kekhawatiran terhadap perdagangan global. Dalam dua bulan terakhir, volume lalu lintas komersial yang melalui Terusan Suez turun 42% seiring serangan yang dilakukan oleh kelompok Houthi di Yaman.
Dikutip dari The Straits Times, Jumat (26/1/2024), serangan Kelompok Houthi yang didukung Iran menargetkan seluruh pengiriman komersial dan militer yang menurutnya terkait Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza.
Hal ini mendorong sejumlah kapal kargo pengangkut untuk mengambil rute yang lebih panjang untuk menghindari serangan. Akibatnya, biaya operasional jadi lebih mahal. Gangguan yang berkepanjangan pada jalur perdagangan utama akan mengganggu rantai pasok global hingga memicu inflasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) Jan Hoffman mengatakan, kapal-kapal yang beralih dari Laut Merah berlayar mengelilingi Tanjung Harapan di Afrika Selatan dan telah menyebabkan penurunan arus kapal melalui Terusan Suez 42% dalam dua bulan terakhir.
Hoffman menjelaskan, terusan Suez di Mesir menghubungkan Laut Mediterania dengan Laut Merah. Lebih dari 80% volume perdagangan barang internasional dilakukan melalui laut.
"Transportasi maritim benar-benar merupakan jalur kehidupan perdagangan global," ujar Hoffman.
Secara keseluruhan, lebih dari 20% perdagangan kontainer dunia melewati Terusan Suez. Namun berdasarkan data UNCTAD, jumlah kapal kontainer yang transit mingguan melalui Suez telah turun 67% dari tahun ke tahun.
"Mengingat kapal kontainer berukuran besar yang beralih dari Terusan Suez, penurunan daya angkut kontainer bahkan lebih besar lagi," katanya.
Lalu lintas kapal tanker turun 18%, transit kapal kargo curah yang membawa biji-bijian dan batu bara turun 6%, dan transportasi gas terhenti. Secara keseluruhan, antara 12%-15% perdagangan dunia atau 20.000 kapal per tahun melewati Laut Merah, sehingga menjadi penghubung antara Eropa dan Asia.
Situasi ini menjadi lebih buruk lagi karena jalur perdagangan maritim global lainnya juga menghadapi gangguan. Salah satunya karena pembatasan transit melalui Laut Hitam sejak invasi Rusia ke Ukraina dua tahun lalu, sehingga menyebabkan harga pangan global melonjak.
Selain itu, kekeringan di Amerika Tengah telah menyebabkan turunnya permukaan air di Terusan Panama, sehingga secara signifikan mengurangi jumlah lalu lintas kapal yang dapat melintasi jalur penting tersebut.
"Gangguan yang berkepanjangan pada jalur perdagangan utama akan mengganggu rantai pasokan global, menyebabkan tertundanya pengiriman barang, peningkatan biaya dan potensi inflasi," pungkasnya.
(shc/ara)