Serang Kapal Tanker Inggris, AS Pukul Balik Milisi Houthi

Samuel Gading - detikFinance
Sabtu, 27 Jan 2024 21:45 WIB
Foto: REUTERS/KHALED ABDULLAH
Jakarta -

Pasukan gabungan Amerika Serikat dan Inggris menyerang sebuah rudal anti-kapal milik Milisi Houthi di Yaman yang siap ditembakkan pada Sabtu (27/1). Serangan dilayangkan setelah milisi yang didukung Iran tersebut menyerang kapal tanker Inggris di Teluk Aden.

"Pasukan menyerang dan menghancurkan rudal tersebut untuk membela diri," ucap Komando Pusat Militer AS (Centcom) dalam sebuah pernyataan di platform media sosial X, dulu bernama Twitter, dilansir dari South China Morning Post, Sabtu (27/1/2024),

Kapal Tanker asal Inggris yang diserang itu diketahui bernama Marlin Luanda dan dioperasikan oleh Trafigura Group, sebuah perusahaan perkapalan Singapura. Kapal diserang pada Jumat malam (26/1), informasi ini dibenarkan oleh Juru Bicara Militer Houthi, Yahya Saree

"Serangan langsung mengenai sasaran dan mengakibatkan kapal terbakar," tegasnya.

Centcom pun mengonfirmasi serangan tersebut dan menjelaskan bahwa kapal sempat mengeluarkan panggilan darurat dan melaporkan kerusakan. Satu kapal milik AS, USS Carney (DDG 64) dan kapal koalisi lainnya langsung merespons dan memberikan bantuan. Untungnya, tidak ada korban jiwa dan korban cedera imbas serangan tersebut.

Trafigura Group pun menjelaskan Marlin Luanda sendiri diketahui membawa naphtha, sebuah produk yang digunakan untuk membuat plastik dan bensin, yang berasal dari Rusia.

Adapun sebelumnya pada Jumat (26/1), satu kapal tempur AS yakni USS Carney juga ditembak oleh Milisi Houthi. Namun rudal itu berhasil ditembak jatuh oleh USS Carney. Centcom mencatat mengatakan tidak ada korban luka maupun kerusakan parah imbas peristiwa itu.

Sebagai informasi, Milisi Houthi diketahui memang menargetkan berbagai perusahaan perkapalan global sejak November 2023. Serangan dilakukan untuk menekan Israel yang disebut melakukan serangan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Milisi Houthi menyatakan kapal asal Amerika Serikat dan Inggris juga target yang sah.

Merespon hal itu, Amerika Serikat pun memimpin koalisi sejumlah negara untuk melindungi keamanan pelayaran di Laut Merah. AS disebut berusaha memberikan tekanan diplomatik dan finansial terhadap Houthi, dengan menetapkan organisasi tersebut sebagai teroris pada pekan lalu setelah label tersebut sebelumnya dicabut pada masa kepemimpinan Presiden Joe Biden.

Serangan yang dilakukan Milisi Houthi disebut menganggu perdagangan Laut Merah. Akibat serangan, biaya logistik internasional tercatat melonjak 12%. Sebab, berbagai perusahaan pelayaran memutuskan mengambil jalur memutar di sekitar Tanjung Harapan, Afrika Selatan, dengan alasan keamanan.

Persoalan itu pun terjadi setelah berbagai negara dan industri melewati tahun-tahun sulit imbas pandemi Covid-19, yang menyebabkan tarif pengangkutan mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya karena gangguan pada rantai pasokan.




(fdl/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork