Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menekankan pentingnya swasembada pangan bagi Indonesia. Namun ia menyindir Indonesia praktik impor yang masih marak dilakukan.
Padahal, ia menyebut jumlah penduduk Indonesia hampir menyentuh 300 juta jiwa. Oleh karena itu Prabowo menilai ketergantungan impor menjadi hal yang tidak pintar.
"Bagaimana bisa negara yang mendekati 300 juta tergantung impor. That is not smart," katanya dalam acara Trimegah Political and Economic Outlook 2024 di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (31/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya Indonesia sebenarnya mampu mencapai swasembada pangan. Hal tersebut juga pernah dicapai di era Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kita sangat mampu swasembada, karena kita berkali-kali pernah swasembada. Tadi saya sebut analogi ekonomi ibarat badan manusia. Kita pernah berkali-kali swasembada. Terakhir kalau tidak salah periodenya Pak Jokowi, the first period, kalau tidak salah tahun 2018, 2019, 2017," tuturnya.
Pada kesempatan itu Prabowo juga menyinggung tidak efisiennya sejumlah program, seperti eksekusi pengentasan stunting. Banyak dana stunting yang dipakai untuk perjalanan dinas dan rapat kerja, bukan untuk membeli makanan bagi yang membutuhkan.
"Beliau (Jokowi) pernah di salah satu daerah, kalau tidak salah biaya stunting Rp 10 miliar, Rp 8 miliar dipakai perjalanan dinas, rapat kerja, simposium. Hanya 2 miliar yang dipake beli susu dan telur untuk anak-anak yang perlu. Ini kan kelewatan," pungkasnya.
(ily/das)