Pekerja Keuangan di Hong Kong Kena Tipu Rp 401 M, Pelaku Pakai Deepfake

Pekerja Keuangan di Hong Kong Kena Tipu Rp 401 M, Pelaku Pakai Deepfake

Retno Ayuningrum - detikFinance
Senin, 05 Feb 2024 13:29 WIB
deepfake
Illustrasi deepfake. (Foto: The Daily Beast)
Jakarta -

Seorang pekerja keuangan di sebuah perusahaan multinasional asal Hong Kong terkena tipu sebesar US$ 25,6 juta atau setara Rp 401 miliar (kurs Rp 15.695). Menurut kepolisian setempat, penipu tersebut menyamar sebagai rekan kerja korban dengan menggunakan teknologi deepfake.

Penipu ini membuat pekerja tersebut untuk menghadiri panggilan video bersama. Dia tidak menaruh curiga karena karyawan lainnya juga menghadiri pertemuan online tersebut. Namun, Pengawas Senior Baron Chan Shun-ching mengatakan karyawan lain itu hanya rekaan dan palsu.

"(Dalam) pertemuan melalui video yang dihadiri banyak orang, ternyata semua orang yang (dia lihat) adalah palsu," kata Chan, dikutip dari CNN International, Senin (5/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Chan menjelaskan pekerja tersebut menjadi curiga usai menerima pesan yang berasal dari kepala keuangan perusahaan yang berbasis di Inggris. Awalnya, pekerja tersebut mencurigai itu adalah email phishing karena menyuruhnya bertransaksi secara rahasia.

Namun, pekerja tersebut mengesampingkan keraguan awalnya. Sebab, dia mengira orang-orang yang hadir dalam konferensi video tersebut terlihat dan terdengar seperti rekan kerjanya.

ADVERTISEMENT

Kemudian, pekerja tersebut setuju untuk mengirimkan uang dengan total 200 juta dolar Hong Kong atau sekitar US$25,6 juta (senilai Rp 401 miliar).

Kasus ini adalah salah satu dari beberapa kasus belakangan ini yang terjadi di Hong Kong. Di mana penipu diyakini telah menggunakan teknologi deepfake untuk memodifikasi video yang tersedia untuk umum dan rekaman lainnya untuk menipu orang demi mendapatkan uang.

Pada konferensi pers polisi Hong Kong mengatakan mereka telah melakukan enam tersangka dengan kasus tersebut. Chan menyebut penipu ini bermodalkan kartu identitas orang lain.

Kemudian dengan teknologi deepfake, membuat program pengenalan wajah dengan menyerupai orang di kartu identitas tersebut. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya pelaporan kartu identitas yang hilang dan digunakan untuk membuat pinjaman dan mendaftarkan rekening bank.

(das/das)

Hide Ads