Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap jenis makanan laut mencapai 13 juta ton setiap tahunnya.
Menurutnya dari jumlah itu, kebutuhan dari sebagian jenis makanan laut harus dipenuhi melalui impor. Hal ini dikarenakan produksi dalam negeri masih belum cukup.
"Konsumsi ikan dalam negeri mencapai 13 juta ton setiap tahunnya dari segala jenis, saya kita bahkan kita masih impor seperti salmon, karena kebutuhan ikan lokal short (kekurangan)," kata Trenggono dalam acara Indonesia Marine and Fisheries Business Forum 2024 di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (5/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tidak semua produk laut dapat diproduksi dalam negeri karena berbagai alasan, Trenggono mengatakan Indonesia sendiri memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Kelima hasil laut yang dimaksud ada udang, rumput laut, kepiting, Lobster dan ikan Tilapia.
"Jadi tidak hanya soal ikan, ikan sendiri tidak selesai sebetulnya karena ikan sendiri ada berbagai jenis. Setidaknya ada 5 (jenis produk laut) yang kita ingin kita dikuasai untuk menjadi champion (komoditas unggulan)," ungkapnya.
Trenggono memaparkan nilai pasar untuk komoditas udang di Indonesia sendiri pada tahun 2023 sebesar USD 60,4 miliar (6,7% pasar global), kemudian rumput laut memiliki potensi pasar sebesar USD 16,7 miliar (16,4% dari pasar global), serta nilai pasar ikan tilapia sebesar USD 13,9 miliar (9,7% pasar global).
Kemudian untuk potensi pasar komoditas kepiting sebesar USD 879 juta (1,9% pasar global), dan Lobster sebesar USD 7,2 miliar (0,5% pasar global). Oleh karena itulah ia merasa peningkatan produksi komoditas ini menjadi sangat penting.
Di luar itu Trenggono juga melaporkan hasil hilirisasi perikanan tahun 2022 mencapai Rp 289,64 dengan rincian makro Rp 77,08 triliun, menengah Rp 11,04 triliun, kecil Rp 11,52 triliun, dan makro Rp 189,99 triliun.
"Beberapa potensi dan peluang investasi di bidang kelautan dan perikanan di antaranya usaha pengelolaan rumput laut Wakatobi, industri pengelolaan udang terintegrasi di Kebumen, industri pengelolaan udang di Cilacap, budidaya rumput laut di Takalar, pembenihan nila salin di pati, budidaya dan panen udang vaname di Lampung Timur, budidaya udang di Sumbawa Barat, serta perikanan tangkap terintegrasi di Maluku Tengah," terangnya.
(fdl/fdl)