Dua perusahaan makanan dan minuman terbesar di Amerika Serikat (AS), McDonald's dan Starbucks menyatakan perang Israel-Hamas telah merugikan bisnis mereka pada akhir 2023. Saham kedua perusahaan tersebut pun anjlok karena pendapatan dan penjualan yang semakin merosot.
Melansir dari CNBC International, Selasa (6/2/2024), saham McDonald's turun hampir 4% pada Senin (5/2) lalu usai dilaporkan penjualan di Timur Tengah yang melambat membuat penurunan pendapatan kuartal-IV. Penjualan McDonald's pada kuartal-IV di Timur Tengah merosot usai waralabanya di Israel memberikan makanan gratis dan diskon kepada tentara Israel. Alhasil, memicu aksi boikot dari pelanggan yang menentang serangan negara tersebut di Gaza.
Menurut Analis TD Cowen Andrew Charles mengatakan biasanya Timur Tengah berkontribusi sebesar 2% dari penjualan McDonald's dan 1% dari pendapatan global sebelum bunga dan pajak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CEO McDonald's Chris Kempczinski mengakui dampak boikot tersebut memang terjadi pada perusahaannya. Hal ini terlihat dari penjualan yang semakin menurun di Timur Tengah dan negara-negara mayoritas muslim, seperti Indonesia dan Malaysia.
Tidak hanya di Timur Tengah, McDonald's di Perancis juga turut mengalami penjualan yang menurun. Meskipun, para eksekutif menilai penurunan harga juga menjadi penyebab turunnya minat pelanggan. McDonald's sendiri memperkirakan penjualannya di Timur Tengah tidak akan pulih sampai perang berakhir.
"Dampak perang terhadap bisnis lokal para pewaralaba ini mengecewakan dan tidak beralasan," kata Kempczinski.
Sementara itu, saham Starbucks juga anjlok sekitar 2% sejak Selasa (6/2/2024). Hal ini sejalan dengan laporan penjualan di AS selama tiga bulan terakhir 2023 akibat perang.
Starbucks menjadi sasaran boikot ketika Starbucks Workers United, yang mewakili ratusan kafe yang tergabung dalam serikat pekerja, mengunggah dukungan terhadap warga Palestina.
CEO Starbucks Laxman Narasimhan mengatakan pada hari Selasa penjualan perusahaannya di Timur Tengah mengalami kesulitan. Dia juga menyebut aksi boikot ini merugikan gerai-gerainya di AS.
Penjualan rantai toko yang sama di AS naik 5% pada kuartal fiskal pertama yang berakhir 31 Desember. Meski begitu, banyak pelanggan yang hanya mampir atau berkunjung sesekali.
Narasimhan menyebut saat ini pihaknya tengah berupaya membangkitkan kembali permintaan dengan menawarkan promosi dan meluncurkan minuman baru.
(das/das)