Kisah Warga Papua Merajut Masa Depan di Kawasan Tambang Freeport

Kisah Warga Papua Merajut Masa Depan di Kawasan Tambang Freeport

Dea Duta Aulia - detikFinance
Senin, 12 Feb 2024 16:01 WIB
Tina Komangal
Foto: Freeport
Jakarta -

Sejumlah warga asal Papua mengakui merasakan manfaat bermitra dengan PT Freeport Indonesia (PTFI). Sebab sejumlah warga kerap mendapatkan pelatihan untuk membuat usaha di sekitar kawasan tambang.

"Saya belajar banyak hal sejak menjadi mitra Freeport Indonesia dan bersyukur meski tidak sekolah, saya dibimbing hingga bisa punya usaha sendiri dan hasilnya bisa dinikmati bersama keluarga," kata karyawan PTFI Tina Komangal dalam keterangan tertulis, Senin (12/2/2024).

Wanita asal Kampung Waa Banti, Distrik Tembagapura, Mimika ini mengatakan dirinya berkesempatan untuk turut berkontribusi di Pusat Reklamasi dan Keanekaragaman Hayati milik PTFI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di kawasan reklamasi tailing dan percontohan tersebut, sebagian lahan endapan tailing telah diubah menjadi lahan produktif melalui berbagai program reklamasi yang mencakup pertanian tanaman semusim, hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan sapi, kehutanan, dan budidaya perikanan air tawar.

Tailing merupakan pasir sisa dari hasil proses pengolahan batuan bijih tambang di pabrik pengolahan PTFI. Tailing diendapkan dan dikelola pada suatu daerah yang ditetapkan di area dataran rendah.

ADVERTISEMENT

Posisi tersebut membuat dirinya bersama delapan karyawan lainnya. mendapatkan kesempatan untuk menanam hingga merawat tomat, cabe, kacang panjang, terong, pepaya, pisang, dan buah-buahan lainnya.

"Meski lahan bercocok tanam ini pasir tailing, tapi sayuran dan buah-buahan bisa tumbuh baik dan aman dikonsumsi," katanya.

Selain itu, dia mengatakan sebelum bergabung dengan PTFI dirinya merupakan seorang penerjemah Bahasa Amungme di RS Banti.

"Dulu saya membantu orang-orang dari gunung yang mau berobat ke rumah sakit. Mereka sulit berkomunikasi dengan petugas rumah sakit. Saya yang membantu mereka cerita keluhan sakitnya ke petugas kesehatan," ujar Tina.

Selama sembilan tahun, dirinya menjadi juru bahasa hingga kemudian PTFI membuka pelatihan untuk calon pengusaha dari tujuh suku di sekitar kawasan pertambangan.

"Di Freeport belajar mengelola keuangan, mendirikan usaha, mengatur karyawan. Orang-orang Freeport sudah seperti guru saya, mendampingi saya sampai bisa bekerja," ungkapnya.

Klik halaman selanjutnya >>>

Dia menjelaskan semenjak bergabung dengan Freeport Indonesia, pendapatannya pun mengalami peningkatan. Bahkan dirinya mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang perguruan tinggi negeri dan memenuhi kebutuhan rumah tangga.

"Itu yang saya pikir tadinya hanya bisa didapatkan orang yang sekolah tinggi (universitas). Tapi saya bisa buktikan, saya mampu," ungkapnya.

Hal senada pun turut diungkapkan oleh Frederikus Okoare. Menurutnya, dirinya merasakan banyak manfaat setelah bergabung dengan Freeport.

Setelah mengikuti pelatihan yang panjang, Frederikus mendapat pekerjaan sebagai kontraktor di bagian pengelolaan lingkungan PTFI. Frederikus mulai bergabung sebagai mitra PTFI pada 2013 dan kini telah memiliki 18 karyawan yang seluruhnya adalah putra Papua.

"Awalnya kami bertugas menanam pohon sagu, pohon cemara, dan menanam mangrove," tuturnya.

Di sisi lain, Direktur & EVP Sustainable Development & Community Relations PTFI Claus Wamafma mengatakan dalam menjalankan usaha pertambangan, PTFI memperhatikan pengembangan masyarakat Amungme, Kamoro dan 5 suku kerabat serta masyarakat Papua lainnya.

"Masyarakat di sekitar area pertambangan adalah prioritas. Berbagai upaya terus kami lakukan untuk memastikan mereka dapat terus bertumbuh bersama PTFI, membangun ekonominya, meningkatkan kualitas hidupnya," ungkap Claus.

Dia mengatakan pihaknya selalu berupaya untuk mewujudkan praktik pertambangan yang baik, menjalankan investasi sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.

"PTFI juga melakukan program-program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat asli Amungme dan Kamoro serta lima suku kerabat yaitu Dani, Damal, Mee, Moni dan Nduga dengan pola kemitraan dengan berbagai pihak, baik pemerintah daerah, lembaga adat, yayasan, dan lainnya," tutup Claus.



Simak Video "Jokowi Resmikan Ekspansi Smelter Freeport: Produksi Naik Jadi 1,3 Juta Ton"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads