Dia menjelaskan semenjak bergabung dengan Freeport Indonesia, pendapatannya pun mengalami peningkatan. Bahkan dirinya mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang perguruan tinggi negeri dan memenuhi kebutuhan rumah tangga.
"Itu yang saya pikir tadinya hanya bisa didapatkan orang yang sekolah tinggi (universitas). Tapi saya bisa buktikan, saya mampu," ungkapnya.
Hal senada pun turut diungkapkan oleh Frederikus Okoare. Menurutnya, dirinya merasakan banyak manfaat setelah bergabung dengan Freeport.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah mengikuti pelatihan yang panjang, Frederikus mendapat pekerjaan sebagai kontraktor di bagian pengelolaan lingkungan PTFI. Frederikus mulai bergabung sebagai mitra PTFI pada 2013 dan kini telah memiliki 18 karyawan yang seluruhnya adalah putra Papua.
"Awalnya kami bertugas menanam pohon sagu, pohon cemara, dan menanam mangrove," tuturnya.
Di sisi lain, Direktur & EVP Sustainable Development & Community Relations PTFI Claus Wamafma mengatakan dalam menjalankan usaha pertambangan, PTFI memperhatikan pengembangan masyarakat Amungme, Kamoro dan 5 suku kerabat serta masyarakat Papua lainnya.
"Masyarakat di sekitar area pertambangan adalah prioritas. Berbagai upaya terus kami lakukan untuk memastikan mereka dapat terus bertumbuh bersama PTFI, membangun ekonominya, meningkatkan kualitas hidupnya," ungkap Claus.
Dia mengatakan pihaknya selalu berupaya untuk mewujudkan praktik pertambangan yang baik, menjalankan investasi sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.
"PTFI juga melakukan program-program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat asli Amungme dan Kamoro serta lima suku kerabat yaitu Dani, Damal, Mee, Moni dan Nduga dengan pola kemitraan dengan berbagai pihak, baik pemerintah daerah, lembaga adat, yayasan, dan lainnya," tutup Claus.
Simak Video "Jokowi Resmikan Ekspansi Smelter Freeport: Produksi Naik Jadi 1,3 Juta Ton"
[Gambas:Video 20detik]
(ncm/ega)