Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menjelaskan harga beras kemungkinan baru akan turun bila Indonesia bisa melakukan panen raya. Targetnya bulan Maret ke depan, produksi beras saat panen raya mencapai 3,5 juta ton.
Setelah panen pun harga beras tak serta merta turun, setidaknya harga beras kemungkinan baru turun setelah 2-3 minggu setelah panen raya dimulai. Pasalnya, butuh waktu untuk mengubah gabah menjadi beras.
"Tergantung panen. Kata Pak Mentan kalau panennya bisa di atas 3,5 juta ton itu biasanya perlu waktu 2 minggu sampai 3 minggu untuk convert menjadi beras. Panen, gabah dikeringkan sampai distribusi kurang lebih 3 mingguan," ungkap Arief di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (26/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya selama ini harga beras mahal karena harga gabah di tingkat petani tinggi. Hal itu juga disebabkan oleh kurangnya produksi imbas El Nino, jadi setiap produk gabah yang berhasil diproduksi akan dihargai sangat mahal.
Nah harga beras di pasar sendiri sama dengan dua kali lipat harga gabah. Saat ini saja harga gabah sudah di level Rp 8.000-an maka dari itu harga beras di kisaran Rp 16.000-an.
"Harga beras itu apa kata harga gabah. Kalau harga gabah Rp 8.000, beras dua kali lipatnya Rp 16.000," ujar Arief.
Meski begitu, pemerintah sudah menyiapkan beras stabilitasi pasokan dan harga pangan (SPHP) untuk disebar ke pasar. Sejauh ini sudah ada 180 ribu ton yang disebar ke masyarakat. Harapannya, beras murah itu bisa meringankan harga beli masyarakat.
Malah Arief bilang, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar beras SPHP diperbanyak jumlahnya hingga 250 ribu ton per bulan.
"Kan sudah disiapkan SPHP, sekarang total 180 ribu ton. Pak Presiden minta diperbanyak jadi 250 ribu ton. Kita minta tolong penggiling padi bantu cetak yang kemasan 5 kilogram untuk didistribusikan. Masif kita kirim ke seluruh ritel termasuk pasar tradisional," papar Arief.