Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian mewanti-wanti neraca perdagangan Indonesia bisa defisit setelah surplus 45 bulan berturut-turut. Hal itu melihat selisih ekspor dengan impor yang semakin sempit.
Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan Indonesia harus menggenjot ekspor untuk bisa meneruskan era surplus neraca perdagangan.
"Walaupun kita menikmati surplus neraca perdagangan 45 bulan berturut-turut, namun demikian surplusnya mulai menyempit. Kalau kita tidak menggenjot ekspor kita, dalam beberapa bulan ke depan neraca perdagangan kita akan defisit," kata Susi dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 surplus 45 bulan beruntun senilai US$ 2,02 miliar. Nilai itu lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai US$ 3,29 miliar dan periode yang sama tahun lalu US$ 3,88 miliar.
Untuk itu, pemerintah membentuk Satgas Peningkatan Ekspor Nasional dan menetapkan 12 negara sebagai prioritas tujuan ekspor. Hal ini untuk menjaga neraca dagang Indonesia di tengah perlambatan ekonomi di negara maju.
Sebanyak 12 negara yang dimaksud yakni Arab Saudi, Belanda, Brazil, Chile, China, Filipina, India, Kenya, Korea Selatan, Meksiko, Uni Emirat Arab (UEA) dan Vietnam. Selain itu, Satgas Peningkatan Ekspor Nasional juga memperluas akses pasar dengan mendorong penyelesaian perundingan perjanjian.
Sampai saat ini telah dibentuk 6 Kelompok Kerja dalam satgas tersebut berdasarkan tugas dan kewenangannya masing-masing, di antaranya yakni Pokja 1 (Bidang Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Sumber Daya dan Industri Ekspor), Pokja 2 (Bidang Diplomasi, Promosi dan Pengembangan Pasar Ekspor), Pokja 3 (Bidang Simplifikasi, Sinkronisasi, dan Integrasi Proses Bisnis dan Layanan Ekspor), Pokja 4 (Bidang Pembiayaan Ekspor), Pokja 5 (Bidang Peningkatan Ekspor UMKM), serta Pokja 6 (Bidang Regulasi).
Produk ekspor prioritas yang ditetapkan mulai dari ikan dan olahan ikan, sarang burung walet, kelapa dan kelapa olahan, kopi dan rempah olahan, bahan nabati dan margarin, kakao, makanan olahan, bungkil dan pakan ternak, semen, produk kimia, karet dan produk dari karet, kulit dan produk dari kulit, pulp dan kertas, TPT dan alas kaki, logam mulia dan perhiasan, mesin-mesin, elektronik, otomotif, furnitur, serta mainan.
"Selama ini kita hanya menggantungkan ekspor komoditi, yang besar hanya CPO dan batu bara, kita coba diversifikasi produknya," ucap Susi.
(aid/ara)