Bali Internasional Airshow September, Maskapai Diajak Turunkan Stunting di NTT

Bali Internasional Airshow September, Maskapai Diajak Turunkan Stunting di NTT

Samuel Gading - detikFinance
Jumat, 01 Mar 2024 10:35 WIB
Bali Internasional Airshow Digelar September, Maskapai Diajak Perhatikan Stunting di NTT
Bali Internasional Airshow Digelar September/Foto: Samuel Gading/detikcom
Jakarta -

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) akan menggelar Bali Internasional Airshow (BIAS) 2024. Selain menjadi tempat unjuk gigi potensi industri kedirgantaraan Indonesia, BIAS diharapkan jadi momentum untuk mengajak berbagai maskapai internasional terlibat untuk mengentaskan stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Agenda BIAS direncanakan terselenggara pada 18-21 September 2024. Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenkomarves, Jodi Mahardi mengatakan potensi industri penerbangan di Indonesia diproyeksikan tumbuh 5% selama lima tahun mendatang.

Dengan banyaknya peluang penerbangan sipil, Jodi menjelaskan, tren positif di industri penerbangan didukung komitmen Indonesia untuk lingkungan hidup, salah satunya melalui pengembangan SAF (Sustainable Aviation Fuel).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masyarakat perlu mengetahui pemerintah sangat concern dan berkomitmen untuk menjaga lingkungan hidup. Dari sektor dirgantara dan penerbangan, kita sudah dorong SAF untuk terus dikembangkan. Bahkan di BIAS tahun ini, saat kita lihat ada peluang, kita ajak dan dorong para pelaku usaha dan industri untuk berkolaborasi agar turut andil dalam perlindungan ekosistem," ungkapnya di Kantor Kemenkomarves di Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2024).

Stunting di NTT

Namun, selain pengembangan industri dirgantara, Jodi menjelaskan, pihaknya ingin menjadikan BIAS sebagai momentum untuk mengajak industri penerbangan menaruh perhatian terhadap persoalan stunting di NTT yang dekat dengan Bali. Oleh sebab itu, pihaknya menggandeng PT INARO Tujuh Belas dan Yayasan CARE Peduli (YCP) untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan perlindungan lingkungan hidup.

ADVERTISEMENT

Ia mengatakan kerja sama antara kedua belah pihak diharapkan dapat membantu mengatasi persoalan kesehatan masyarakat dan pembangunan kesejahteraan pada daerah yang membutuhkan intervensi, khususnya di Nusa Tenggara Timur.

"Kita mendukung industri dari lintas sektor, karena kebetulan ada BIAS, kita harapkan jadi momentum industri (dirgantara) banyak berperan dalam problem-problem yang sifatnya menyentuh langsung," ungkapnya.

Chief Executive Officer YCP, Abdul Wahid Situmorang, kemudian menjelaskan bahwa pihaknya akan melakukan intervensi di sejumlah wilayah di NTT untuk menurunkan angka stunting. Lewat informasi yang diperoleh dari pemerintah kabupaten, pihaknya sudah mendapatkan data-data yang diperlukan untuk mengatasi persoalan stunting.

Salah satu cara yang akan dilakukan YCP dalam hal tersebut adalah dengan meningkatkan gizi anak dengan memberdayakan kelompok perempuan di sejumlah desa.

"Kelompok perempuan itulah yang kemudian menyediakan makanan, puskemas memastikan gizinya terpenuhi, dan kader perempuannya yang mengantar ke anak yang mengalami gizi buruk. Interaksi antara ibu dan kader puskesmas diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran," jelas Abdul.

Penjabat (Pj) Gubernur NTT, Ayodhia Kalake, mengaku berterima kasih terhadap Kemenkomarves dan YCP yang sudah memberi perhatian terhadap persoalan stunting di daerahnya. Berbagai upaya yang dilakukan tersebut diyakininya dapat bermanfaat langsung bagi masyarakat.

"Kami harapkan di daerah-daerah lain juga diharapkan bisa merasakan yang dilakukan Kemenkomarves, INARO, dan YCP," pungkasnya.

(ara/ara)

Hide Ads