Harga Beras Mahal tapi Gaji Fresh Graduate Terbatas, Ini Tips Atur Duitnya

Harga Beras Mahal tapi Gaji Fresh Graduate Terbatas, Ini Tips Atur Duitnya

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 04 Mar 2024 14:15 WIB
Harga beras mulai merangkak naik sejak November 2023. Kini harga beras medium dan premium telah melampaui harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah.
Ilustrasi/Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Ramai di media sosial X beli beras 10 kilogram (kg) dengan gaji fresh graduate di Indonesia persentasenya lebih besar dibandingkan gaji lulusan baru di Korea Selatan. Bagaimana atur uangnya?

Hal ini ramai diperbincangkan karena harga beras di Indonesia tengah melonjak. Dengan harga beras tinggi, tentu belanja pangan semakin mahal dan dirasakan juga oleh fresh graduate yang baru bekerja.

Menanggapi hal tersebut, Perencana keuangan dari Tata Dana, Teja Sari mengatakan ada berbagai cara bagi semua kalangan terutama fresh graduate mengatur keuangan kala harga beras tinggi. Walaupun sebenarnya, kebutuhan beras masing-masing orang berbeda-beda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, ketika harga beras tinggi, alternatif untuk mengatur keuangan ada berbagai pilihan. Pertama, bisa membeli harga beras lebih murah dengan mutu yang lebih rendah pula.

"Harus ada pengeluaran yang dikorbankan, pertama apakah mutu beras yang dikonsumsinya diturunin jadi lebih rendah," kata Teja.

ADVERTISEMENT

Selain itu, bisa memangkas pengeluaran lainnya demi menjaga pembelian beras yang berkualitas bagus. Ia menyarankan memangkas biaya untuk kebutuhan gaya hidup seperti nongkrong.

"Misalnya budget nongkrongnya itu Rp 300.000-500.000. Nah itu yang dikurangin. Biasanya akan anak-anak muda fresh graduate banyak nongkrongnya," jelasnya.

Kemudian, para fresh graduate juga bisa mengurangi makan di luar untuk lebih menghemat pengeluaran. "Kalau jajan itu juga atau makan di luar itu memang relatif lebih mahal, masak sendiri agar lebih hemat," sambungnya.

Dihubungi terpisah, Peneliti dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Eliza Mardian mengatakan seiring harga beras yang semakin tinggi, tentu daya beli masyarakat akan tergerus. Apa lagi beras menjadi pangan yang paling banyak dibeli.

"Harga-harga pangan naik ini akan menggerus daya beli masyarakat, masyarakat harus berhitung kembali untuk mengatur pos-pos belanjanya sebagai respons penyesuaian kenaikan harga," kata dia.

Dalam data yang dimiliki, 19,35% pengeluaran pangan masyarakat perkotaan digunakan untuk membeli beras. Angka itu menjadi yang tertinggi dari porsi pengeluaran pangan sebesar 73%.

"Jadi itu persentase total pendapatan perkotaan mengeluarkan 19.32% pengeluarannya untuk membeli beras. Sedangkan penduduk miskin desa mengeluarkan 23.73% dari pengeluarannya untuk membeli beras," pungkasnya.

(ada/ara)

Hide Ads