Produksi Anjlok dan Impor Berlanjut di 2024
Kemudian, penurunan luasan panen berlanjut hingga awal 2024. Data BPS menyebut Januari-April tahun ini diperkirakan 3,52 juta ha, mengalami penurunan 0,69 juta ha atau 16,48% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan dampak El Nino akan masih terasa pada 2024. Karena banyak lahan padi yang proses tanamnya mundur akibat cuaca panas ekstrem yang menyebabkan kekeringan.
Menurutnya dalam beberapa bulan terakhir pada 2023 lalu, dampak El Nino baru dirasakan dua hingga tiga bulan setelahnya. Penurunan produksi tersebut mengakibatkan terjadinya defisit bulanan neraca beras pada Januari dan Februari di 2024 ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terhambatnya masa tanam pada 2023, menyebabkan produksi di Januari-Februari 2024 menurun. Berdasarkan KSA BPS, untuk Januari, produksi beras dalam negeri hanya 910 ribu ton dan Februari hanya 1,39 juta ton, padahal kebutuhan sebulan masyarakat Indoensia 2,5 juta ton.
"Minus tersebut pada Januari 2024 diperkirakan sebesar 1,61 juta ton dan pada Februari 2024 sebesar 1,22 juta ton. Total defisit beras 2,83 juta ton. Kondisi tersebut dapat menyebabkan eskalasi harga beras, sehingga perlu ada antisipasi," kata Arief, Rabu (6/3/2024).
BPS juga menyebut secara total potensi produksi Januari-April 2024 akan lebih rendah dari tahun lalu. Prediksi BPS produksi beras di 4 bulan pertama di tahun ini 10,71 juta ton, menurun dari tahun lalu sebanyak 12,98 juta ton. Persentase penurunannya cukup signifikan yakni 17,52% atau sebesar 2,28 juta ton.
Melihat masih ada kekurangan produksi dari dalam negeri, pemerintah mengantisipasi kekurangan itu dengan impor. Tahun 2024, kuota impor beras dari pemerintah sebanyak 3,6 juta ton. Kuota awal 2 juta ton dan ditambah 1,6 juta ton.
Meski begitu, dalam KSA BPS, produksi beras diprediksi akan meningkat pada Maret 2024 sebanyak 3,5 juta ton. Arief menyebut, seiring dengan semakin banyaknya produksi, harga beras akan terkoreksi atau mengalami penurunan.
"Sekarang ini kita masuk masa tenang melewati krisis pertama, produksi kita baik tentu kita tidak akan impor. Jadi kalau ada yang bilang impor buat harga (beras) jatuh, bukan, karena panennya banyak, itu tugas pemerintah menjaga. Tetapi sekarang lihat banyak impor NTP pertani 120," jelas Arief.
(ada/ara)