Harga emas akhir-akhir terus bergerak naik hingga mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Harganya pernah tembus Rp 1,2 juta/gram.
Direktur Eksekutif INDEF Esther Astuti mengatakan kenaikan harga emas ini dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global dan dalam negeri. Alhasil, investor lebih banyak memilih emas sebagai instrumen investasi dikarenakan menjadi tempat paling aman sementara.
"Jadi kalau kita lihat harga emas itu kenapa relatif tinggi dibanding tahun lalu ini karena uncertainty, ketidakpastian global domestik mau tidak mau portofolio asetnya dengan aman melalui emas," kata Esther dalam acara detikcom Leaders Forum 'Memantau Peluang di Tengah Ketidakpastian Ekonomi' Acara ini didukung oleh PT KB Bank Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk, dikutip Jumat (15/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menilai instrumen investasi lainnya cenderung mengalami lebih volatilitas dibandingkan emas. Menurutnya, instrumen emas menjadi tempat investasi paling aman sementara.
"Kalau mau investasi di properti susah juga orang susah jualnya. Kalau mau investasi di currency volatile juga kan. Saham apalagi lebih volatile, jadi paling tinggi adalah emas. Jadi itu mengapa menjawab bahwa harga emas tinggi karena penuh ketidakpastian," jelasnya.
Senada, Chief Economists PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan nilai emas akhir-akhir ini jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. Salah satu penyebab harga emas terus bergerak naik karena banyaknya permintaan dalam negeri.
Selain itu, dia menilai emas masih menjadi salah satu instrumen investasi yang aman.
"Emas masih dianggap instrumen emang kalau merujuk kepada nilainya lima tahun terakhir nilainya jauh lebih tinggi daripada sebelum pandemi. Ini ya masih salah satu driver yang instrumen bisa dijadikan tempat menaruh sementara," katanya.
Dia pun memperkirakan harganya akan mengalami kenaikan sebesar 7-10%. Untuk itu, dia mengimbau para investor untuk menghitung kembali return yang diharapkan selama tiga tahun ke depan.
"Dan ini harus di-account apakah ini ekspektasi return yg diharapkan dalam tiga tahun ke depan. Saya rasa masih ada kesempatan di mana tergantung dari investasi apabila melihat ada opportunity saya rasa semester dua akan lebih tinggi," jelasnya.
(kil/kil)