Ombudsman menyarankan Perum Bulog mengadopsi teknologi baru untuk mempercepat proses bongkar muat beras. Hal ini diutarakan Ombudsman melihat Perum Bulog masih menggunakan kuli panggul di gudang.
"Sebetulnya kalau beras dikatakan ada ya ada, namun persoalannya adalah Bulog perlu percepatan dalam rangka proses loading, sehingga beras bisa lebih cepat tersedia untuk melayani masyarakat, pedagang," ucap Anggota Ombudsman Yeka Hendra Fatika di Gudang Bulog Sunter Timur, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (15/3/2024).
Yeka menemukan fakta bahwa waktu bongkar muat beras di gudang Bulog memakan waktu lama. Perlu tiga sampai empat hari untuk bongkar muat 2.000 ton beras impor. Ia berharap Perum Bulog dapat berinvestasi untuk memperbarui teknologi pengangkutan beras.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harapan saya Bulog untuk memberikan pelayanan yang lebih baik ke depan harus menginvestasikan lagi teknologi dalam rangka untuk proses mempercepat loading unloading ini," jelasnya.
Di sisi lain, Yeka juga menyarankan Bulog juga menyisihkan anggaran untuk mempercepat proses pengemasan beras. Sebab, proses pengemasan juga memperlambat waktu agar komoditas tersebut bisa turun ke masyarakat.
"Untuk mempercepat proses pelayaran juga Bulog harus meningkatkan packagingnya. Jadi sudah gudangnya besar, berasnya banyak, tapi packagingnya kurang lebih 2.000 ton per bulan padahal beras yang ada di sini kapasitasnya bisa sampai 300.000 ton," jelasnya.
"Sehingga kalau tadi kita lihat karena disini terbatas akhirnya Bulog bekerja sama dengan pelaku usaha yang bisa melakukan packaging," pungkasnya.
(ara/ara)