Kabar Kurang Enak, Harga Beras Sulit Turun

Kabar Kurang Enak, Harga Beras Sulit Turun

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 19 Mar 2024 08:29 WIB
Pekerja menata beras di Gudang Bulog Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/2/2024). Perum Bulog Cabang Banyuwangi kembali menerima kiriman beras impor dari Thailand sebanyak 15.000 ton yang akan didistribusikan ke NTT dan NTB. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/aww.
Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Jakarta -

Peluang harga beras untuk turun semakin kecil. Sebab, biaya produksi pada petani telah mengalami kenaikan.

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkap, harga beras kemungkinan bertahan dan tidak serendah seperti yang diperkirakan semula. Dia menjelaskan, biaya produksi petani sekarang sudah naik.

Terangnya, ada sejumlah faktor yang membentuk harga gabah. Dia menyebut, ongkos tenaga kerja punya porsi paling besar. Kemudian disusul oleh sewa lahan, pupuk dan benih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya memperkirakan, ini bukan angka resmi, biaya produksi petani sekarang sudah naik, mungkin lebih dari Rp 4.700 per kg. Faktor yang membentuk harga gabah itu paling besar adalah ongkos tenaga kerja, ini kira-kira hampir 50% dari harga pokok produksi gabah. Yang kedua adalah sewa lahan, yang ketiga adalah pupuk, keempat adalah benih," katanya dalam acara Bicara BUMN di Kementerian BUMN Jakarta, Senin (18/3/2024).

Dia mengatakan, jika komponen biaya produksi harga naik maka diperkirakan biaya petani untuk menghasilkan satu kilogram gabah berubah dibandingkan tahun lalu. "Kalau itu terjadi maka harga gabahnya itu diperkirakan tidak akan turun sampai ke Rp 5.000 lagi, pasti akan bertahan angka yang lebih tinggi," katanya.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, Bayu mengatakan, kalau harga gabah secara natural biayanya sudah naik, maka harga beras tidak akan serendah sebelumnya. Namun begitu, ia enggan buka suara mengenai harga beras tersebut.

"Kalau harga gabahnya secara natural perhitungan biaya sudah naik maka harga berasnya juga tidak akan bisa serendah sebelum terjadi perubahan-perubahan ini. Jadi berapa perhitungannya, saya tidak tahu, saya belum tahu berapa besar angka resminya. Otoritas yang akan menentukan apakah di Badan Pangan, atau di BPS. Tapi bayangannya adalah harga beras mungkin akan bertahan tidak akan sampai serendah seperti yang diperkirakan semula," jelasnya.

Lebih lanjut, pemerintah sendiri memutuskan untuk menambah kuota impor beras sebanyak 1,6 juta ton. Namun, pihaknya belum mendapat izin untuk kuota tambahan tersebut. Dengan adanya kuota tambahan tersebut, maka total kuota impor 2024 sebanyak 3,6 juta ton karena sebelumnya sudah mengantongi izin 2 juta ton.

"Izin yg diberikan oleh Bulog adalah 2 juta ton yang disebutkan di dalam keputusan pemerintah kemungkinan akan ditambah lagi. Anda semua juga sudah tahu, besarnya 1,6 juta ton. 1,6 juta ton belum keluar izinnya," kata Bayu.

Dia mengatakan, Bulog akan terus memperkuat stok dengan memanfaatkan izin-izin tersebut. Bayu mengatakan, stok beras Bulog saat ini sekitar 1 juta ton.

Bayu menjelaskan, stok beras tersebut merupakan beras dengan kualitas premium. Dia mengatakan, stok tersebut kebanyakan berasal dari impor. Sementara, di pasar internasional hanya dikenal satu jenis beras yakni beras kualitas premium.

"Saat ini stok beras Bulog mungkin saya bisa katakan 99% adalah premium, hampir semua premium. Karena terus terang saja, stok yang 1 juta lebih itu hampir seluruhnya juga datang dari impor dan di pasar internasional tidak ada lagi besar medium dijual. Pasar internasional itu hanya mengenal satu jenis beras yaitu beras broken 5% yaitu beras premium," paparnya.

Bayu menambahkan, beras kualitas premium ini lah yang digunakan Bulog untuk mengintervensi pasar. "Sampai dengan saat ini semua intervensi Bulog saya kira sudah hampir 6 bulan itu semuanya menggunakan beras premium," ungkapnya.

(acd/rrd)

Hide Ads