Penjualan Gucci Merosot 20% Gegara Pasar Asia Lesu

Penjualan Gucci Merosot 20% Gegara Pasar Asia Lesu

Samuel Gading - detikFinance
Jumat, 22 Mar 2024 10:46 WIB
Milan, Italy - February 17, 2017: Gucci shop in an exclusive area of Milan. Symbol and concept of luxury, shopping, wealth, elegance and made in Italy
Gucci/Foto: iStock
Jakarta -

Saham perusahaan pemilik Gucci, yakni Kering merosot 15% pada Rabu (20/3). Hal ini disebabkan penjualan Gucci pada kuartal I-2024 turun 20% karena pelemahan di pasar Asia.

Saham Kering turun 15% pada awal perdagangan dan membuat kapitalisasi pasar US$ 8,6 miliar, sekitar Rp 135,5 triliun (kurs Rp 15.766) menguap. Saham sejumlah produsen barang mewah seperti LVMH dan Hermes juga ikut turun.

Kering harus menghadapi tantangan untuk menghidupkan kembali penjualan Gucci yang menyumbang setengah dari penjualan dan dua pertiga laba perusahaan. Apalagi, sejumlah pasar utama Gucci sedang menghadapi tantangan ekonomi seperti China.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang jadi persoalan, Kering memperkirakan penjualan turun 10% dalam tiga bulan pertama 2024. Ini jauh lebih buruk dari ekspektasi awal para analis yang memprediksi penurunan bertengger di angka 3%.

Gucci diketahui sedang mengalami perombakan desain besar-besaran di bawah arahan kreatif Sabato de Sarno. Perombakan dilakukan agar Gucci bisa unggul melawan pesaingnya seperti Louis Vuitton dan Dior dalam beberapa tahun terakhir.

ADVERTISEMENT

Analis dari Jefferies, James Grzinic melihat bahwa pilihan Gucci untuk melakukan desain baru adalah tanda konsumen tidak lagi menyukai produk-produk dengan desain lawas seperti tas kulit yang dijual oleh label tersebut,

"Penerimaan yang 'menggembirakan' untuk desain baru, yang kemungkinan hanya mencakup kurang dari 5% dari penawaran saat ini," kata Grzinic dikutip dari Reuters, Jumat (22/3/2024).

Di sisi lain, Analis dari Bernstein, Luca Solca mengaku ragu pasar China akan menerima desain-desain baru Sabato De Sarno yang menekankan pada model quiet luxury.

Di luar tantangan yang sedang dihadapi Kering dan Gucci, sejumlah analis melihat fenomena tersebut sebagai potensi melambatnya sektor barang mewah.

Sebagai salah satu pasar utama barang-barang mewah, ekspektasi pemulihan ekonomi di China disebut pupus karena perlambatan perekonomian negara tersebut. Counsultancy Bain bahkan memperkirakan pertumbuhan pasar barang mewah China hanya sebesar 'satu digit' pada 2024 setelah menyentuh angka 12% pada 2023.

Sementara, Barclays memproyeksikan pertumbuhan produsen barang-barang mewah tahun ini di angka 5% atau turun jika dibandingkan dengan pertumbuhan 9% pada tahun lalu. Turunnya angka pertumbuhan industri barang-barang mewah disebabkan banyak konsumen muda kini semakin hemat karena kenaikan biaya hidup.

(ara/ara)

Hide Ads