Wawancara Dirut Pertamina (2)
Menuju Perusahaan Minyak Dunia
Selasa, 02 Jan 2007 11:11 WIB
Jakarta - Pertamina kerap dibandingkan dengan Petronas Malaysia. Perusahaan minyak Negeri Jiran itu pada tahun 1970-an pernah berguru dengan Pertamina.Namun yang terjadi kini, Petronas melaju pesat menjadi perusahaan minyak dunia yang disegani. Petronas memiliki aset jauh diatas Pertamina yang hanya Rp 140 triliun.Demi mengembalikan kejayaan Pertamina, manajemen perusahaan kini menargetkan Pertamina bisa masuk radar 500 perusahaan minyak dunia.Untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan Pertamina menuju perusahaan kelasdunia, Tim detikcom Maryadi, Irna Gustiawati dan Alih Istik Wahyuni, mewawancarai Dirut Pertamina Ari H Soemarno di ruang kerjanya Gedung Pertamina, Jalan Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta, Selasa (2/1/2007).Sejak statusnya berubah menjadi persero tahun 2003, apakah cita-cita Pertamina menjadi perusahaan minyak kelas dunia akan tercapai ?Harus! Begini, sekarang neraca pembukuan kita belum keluar, dengan demikian laporan keuangan 2004, 2005, 2006 belum bisa dipublikasikan, tapi neraca awal kita akan selesai Februari nanti.Jadi diharapkan 2007 semua itu sudah ada. Termasuk laporan keuangan untung rugi, neraca dan sebagainya. Kalau itu keluar Pertamina dengan omset US$ 45 miliar setahun, mungkin akan masuk Fortuner 500 nomor 300.Kalau sekarang nomor berapa ?Kalau sekarang belum bisa, karena belum keluar. Sekarang gak masuk, tapi kalau itu keluar pasti masuk. Mungkin kita jadi nomor 300 atau 250. Kita tuh punya potensi untuk masuk nomor 100.Target itu bakal tercapai dalam jangka waktu berapa tahun ?2-3 tahun. Ya 3 tahunlah kita potensi bisa masuk kesitu. Asal kita kerja keras, dengan masuknya kita kesitu, kita sudah bisa jadi perusahaan kelas dunia kan.Apakah banyaknya anak usaha yang membuat Pertamina tidak fokus menjadiperusahaan minyak berkelas dunia ?Kita harus lihat sejarahnya. Dulu Pertamina merupakan perintis semua hal. Karena pertama waktu awal tahun 1960-1970-an, kita nih punya pendapatan yang relatif banyak. Minyak kan sangat likuid dan licin jadi pendapatannya pun sangat likuid dan licin.Kita di minta mengembangkan semua yang ada di Indonesia. Ya industri pupuk, besi baja, segala macamlah sampai mobil, hotel. Makanya kita dirikan anak-anak perusahaan. Patrajasa untuk perhotelan, Pelita untuk penerbangan, rumah sakit juga, untuk mendorong kegiatan Pertamina.Pertamina tuh punya aset Rp 140 triliun. Tapi Anda harus lihat, Rp 140 triliun itu kalau buat minyak bumi gak ada artinya. Dibanding negara lain itu gak ada artinya.Kalau dilihat pendapatan kita dari minyak bumi selama 45 tahunan lebih itu mungkin sudah sekitar US$ 400 miliar yang masuk ke kas negara. Tapi masa aset Pertamina cuma Rp 140 triliun atau US$ 14 miliar dolar? Anda bisa lihat, dari pendapatan yang dihasilkan migas, yang kembali untuk mengembangkan perusahaan migas itu kecil.Kalau anda lihat Petronas, investasinya setiap tahun mencapai US$ 5 miliar. Mereka semua pendapatan masuk ke Petronas, tapi sebagian besar untuk investasi industri minyaknya. Kan kita nggak begitu dulu, uang dipakai untuk bangun pertanian, kesejahteraan, bangun jalan. Karena pendapatan minyak dianggap sebagai pendapatan negara bukan pajak, (negara) yang lain gak ada pendapatan negara bukan pajak. Jadi, aset Rp 140 triliun itu kecil.Apakah nantinya anak usaha yang tidak ada kaitannya core business Pertamina akan dilepas ?Kalau tentang anak-anak perusahaan yang jumlahnya 15 perusahaan tadi, sekarang kita memang sedang memilah-milah. Yang tidak berhubungan langsung dengan minyak akan kita lepas, restrukturisasi atau investasi.Tergantung situasi. Karena visi kita adalah menjadi perusahaan migas terintegrasi yang bergerak di hulu dan hilir dan juga mengelola usaha yang terkait langsung. Misal perusahaan energi, kita punya gas, kalau ada orang mau partisipasi bangun tenaga listrik, ya iya. Untuk panas bumi, kalau itu terkait tenaga listrik, investasi sama-sama, iya. Bisa jadi perusahaan minyak, gas, dan energi tapi yang terkait dengan itu.Yang tidak terkait seperti Pelita, Patra Jasa, itu yang perlu kita lihat. Tapi kalau kaitannya dengan niaga, Patra Niaga, untuk niaga di dalam negeri, kemudian Elnusa yang bergerak di indutri hulu. Petral yang berkaitan dengan trading di luar negeri, bisa merupakan perpanjangan tangan dari induknya, akan dipertahankan.Mulai kapan rencana pemilahan anak usaha itu dijalankan ?Ini bagian restrukturisasi, saat ini sedang kita susun timnya, kita sedang proses dengan konsultan dalam negerinya, untuk reevaluasi dan restrukturisasi aset dan anak perusahaan kita. Ini bagian dari transformasi tadi.Harus dipilih yang prioritas. Ini sudah jalan dan akan berlanjut terus, belum lagi kilang kita yang butuh perbaikan agar bisa kompetitif bersaing dengan kilang-kilang lainnya. Karena kalau sekarang dilepas begitu aja bersaing dengan kilang Singapura pun gak akan menang.Untuk pembenahan dan perbaikan kilang targetnya kapan dan berapa investasi yang dibutuhkan ?Target kita sih dalam 2-3 tahun ini sudah diselesaikan. Walau proyeknya belum selesai, tapi sudah diidentifikasikan. Rencana investasi cukup agresif, sekitar US$ 18 miliar sampai 2010. Tapi investasi ini belum tentu semua dari kita karena kita akan cari partner, modal yang lain. Satu investasi kecil seperti dengan Brunei dan Korea akan kita kembangkan lagi.Sehingga kita benar-benar bertujuan, pertama, meningkatkan infrastruktur kita. Kedua, meningkatkan daya saing kita, di lain pihak kita juga menjadi katalis untuk mendorong orang investasi di Indonesia.
(ir/qom)