Sebanyak 151 sapi impor asal Australia dikabarkan mati karena wabah saat dalam perjalanan menuju Indonesia. Berdasarkan laporan yang diperoleh dari Kementerian Pertanian Australia, Badan Karantina Indonesia (Barantin) mengatakan sapi tersebut mati karena terpapar wabah. Namun dari ratusan ekor, hanya delapan bangkai yang ditemukan di atas kapal, bagaimana bisa?
Plt Deputi Bidang Karantina Hewan Barantin, drh Wisnu Wasisa Putra awalnya menjelaskan ada ribuan sapi impor asal Australia yang bakal didatangkan ke Indonesia. Pengantaran merupakan bagian dari program untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kapal MV Brahman Express berangkat membawa 939 ekor sapi ke Lampung dan 2.393 ekor sapi ke Medan.
Setibanya di Sumatera utara pada Minggu (24/3), awak MV Brahman Express melaporkan hanya ada delapan ekor sapi yang mati di atas kapal. Namun, saat dikonfirmasi kembali, informasi berbeda disampaikan oleh Kementerian Pertanian Australia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengonfirmasi ke pihak Kementerian Australia, mereka menerima laporan dari kapal yang mati di kapal ada 151 ekor. Tapi saat kita lihat pada waktu di pelabuhan, di dalam kapal yang mati ada delapan ekor. Jadi kita hanya mendapatkan jumlah yang mati ini di kapal hanya delapan ekor," ucap Wisnu dalam konferensi pers Pemasukan Sapi dari Australia Badan Karantina Indonesia di Kantor Badan Karantina Indonesia, Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Kamis (28/3/2024).
Wishnu mengatakan, 143 bangkai ekor sapi lainnya sampai saat ini belum diketahui. Oleh sebab itu, ia menjelaskan bahwa Barantin sedang mendalami hal tersebut.
"Kita ingin mendapatkan kejelasan apakah itu dibuang di laut (bangkainya) dengan mekanisme alat pemusnahan di kapal. Kita hanya temukan delapan. Tidak (kita tidak melihat sisanya)," jelasnya.
"Ini yang sedang kita sampaikan ke pihak Australia, kita juga sudah meeting dan kita meminta investigasi terkait hal ini," bebernya.
![]() |
Terpapar Bakteri
Di sisi lain, Kementerian Australia menduga ratusan sapi itu diduga mati karena terpapar bakteri Clostridium Botulinum. Bakteri tersebut merupakan penyakit yang jarang ditemukan di hewan. Sapi yang terpapar Botulism bakal mati dengan kondisi lumpuh akibat gangguan syaraf atau paraylsis. Penyakit tersebut bukan jenis Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK).
"Penyakit ini disebabkan oleh toksin dari bakteri gram positif yaitu clostridium botulinum yang biasanya mencemari pakan dan minuman ternak, dugaannya begitu. Saat ini kita sedang dalami baik di Australia dan di kita, sampelnya sedang diambil oleh Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumatera Utara tadi malam. Mudah-mudahan kita cepat mendapatkan hasil pengujiannya," ungkapnya.
Untuk memastikan 2.242 sapi lainnya tidak terjangkit bakteri, Wisnu menjelaskan ribuan sapi tersebut kini sedang ditahan di Instalasi Karantina Hewan Sumatera Utara. Jika tidak ditemukan adanya penyakit, maka ribuan sapi itu bisa dikonsumsi. Namun, jika ditemukan bakteri, pihaknya bisa langsung memusnahkan hewan tersebut.
"Kita pastikan ada tidaknya toksin di tubuh sapi. Kita amati. (Kalau ditemukan bakteri) Kita bisa lakukan pemusnahan. Baru ini (ada bakteri botulinum di sapi impor ke Indonesia)," ungkapnya.
Wisnu kemudian menuturkan, bahwa bakteri botulinum bisa menular ke manusia, efeknya adalah gangguan pada pencemaran. Di sisi lain, imbas kejadian tersebut, Barantin juga menyuspensi sementara importasi sapi dari salah satu tempat asal sapi yang terletak di kawasan Northern Territory Australia.
"Registered Presmises LAE 304 salah satu premises yang ada di Australia. Sejak 28 Maret kami lakukan suspend sementara waktu tidak melakukan ekspor di Indonesia, khususnya buat satu premises ini kami menunggu investigasi dari pihak Australia. Masyarakat tidak perlu panik," pungkasnya.
(ara/ara)