BPS Beberkan Inflasi Ramadan 2024 'Agak Lain', Ini Buktinya!

BPS Beberkan Inflasi Ramadan 2024 'Agak Lain', Ini Buktinya!

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 01 Apr 2024 12:28 WIB
Gedung Badan Pusat Statistik (BPS)
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Maret 2024 sebesar 0,52% secara bulanan (month to month/mtm). Inflasi Ramadan tahun ini relatif lebih tinggi sebesar 0,52% jika dibandingkan dengan 2023.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan komoditas penyebab utama inflasi Maret 2024 didominasi oleh komoditas pangan bergejolak seperti telur ayam ras, daging ayam ras, beras, cabai rawit dan bawang putih. Agak lain dibandingkan Ramadan sebelum-sebelumnya, tarif angkutan udara justru mengalami deflasi.

"Pada momen Ramadan dan Lebaran 2022 dan 2023, kelompok yang biasanya paling dominan memberikan sumbangan andil inflasi adalah kelompok makanan minuman dan tembakau serta transportasi. Namun demikian berbeda dengan kondisi historis tersebut pada periode Ramadan tahun ini," kata wanita yang akrab disapa Winny dalam konferensi pers, Senin (1/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada periode Ramadan tahun ini, Winny menyebut kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi terbesar selain makanan minuman dan tembakau yakni perawatan pribadi dan lainnya dengan andil inflasi 0,04%.

"Kenaikan andil kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya ini didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan yang memberikan andil tertinggi di kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Juga ini dipengaruhi oleh naiknya harga emas di pasar global," beber Winny.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, kelompok transportasi yang biasanya memberikan andil inflasi terbesar, kali ini lebih rendah yaitu sebesar 0,01% pada Maret 2024. Hal itu didorong oleh tarif angkutan udara yang pada Ramadan tahun ini ternyata mengalami deflasi sebesar 0,97%.

Terdapat beberapa alasan tarif angkutan udara mengalami deflasi di Ramadan 2024. Seperti karena masih sedikitnya permintaan dari masyarakat, semakin banyaknya jumlah rute dan frekuensi penerbangan, banyak maskapai disebut tidak menaikkan tarif hingga adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan tarif angkutan udara di daerah destinasi pariwisata super prioritas.

"Jadi ini mekanisme supply and demand. Bahkan ada yang memberikan tarif udara lebih rendah dibandingkan Februari 2024," beber Winny.

Lebih rinci dijelaskan, terdapat 20 provinsi yang mengalami deflasi tarif angkutan udara dan 1 provinsi lainnya stabil. Sementara itu, 17 provinsi mengalami inflasi tarif angkutan udara antara lain di Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Bali, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Tengah.

(aid/das)

Hide Ads