Rugi Bandar! Bisnis Chip Intel Boncos Rp 111 T

Rugi Bandar! Bisnis Chip Intel Boncos Rp 111 T

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 03 Apr 2024 10:56 WIB
Prosesor Intel
Ilustrasi - Foto: Dok. Intel
Jakarta -

Perusahaan teknologi Amerika Serikat (AS), Intel, mengungkapkan kerugian operasional yang semakin membengkak untuk bisnis foundry atau produksi chip. Diperkirakan kerugian yang dicatatkan perusahaan mencapai US$ 7 miliar atau setara Rp 111,3 triliun (kurs Rp 15.900).

Kondisi ini menjadi sebuah pukulan bagi produs chip tersebut ketika mencoba untuk mendapatkan kembali keunggulan teknologi yang hilang dalam beberapa tahun terakhir dari Taiwan Semiconductor Manufacturing.

Dilansir dari Reuters, Rabu (3/4/2024), perusahaan pembuat chip itu melaporkan bahwa divisi manufaktur mengalami kerugian operasional sebesar US$ 7 miliar pada tahun 2023. Angka ini lebih besar dibandingkan kerugian operasional sebesar US$ 5,2 miliar pada tahun sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Divisi manufaktur sendiri mempunyai pendapatan sebesar US$ 18,9 miliar pada tahun 2023. Perolehan tersebut turun 31% dari US$ 27,49 miliar pada tahun sebelumnya. Saham Intel pun turun 4,3% setelah dokumen tersebut diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).

Saat presentasi di depan investor, Chief Executive Pat Gelsinger mengatakan, tahun 2024 akan menjadi tahun dengan kerugian operasional terburuk bagi bisnis pembuatan chip perusahaan dan diperkirakan akan mencapai titik impas secara operasional pada sekitar tahun 2027.

ADVERTISEMENT

Gelsinger mengatakan, bisnis foundry terbebani oleh keputusan yang buruk, salah satunya seperti pada kejadian satu tahun lalu di mana ada penentangan penggunaan mesin ultraviolet ekstrim (EUV) dari perusahaan Belanda ASML. Meskipun mesin tersebut berharga lebih dari US$ 150 juta, mesin tersebut lebih hemat biaya dibandingkan alat pembuat chip sebelumnya.

Sebagai akibat kesalahan langkah tersebut, Gelsinger menyebut Intel telah melakukan outsourcing sekitar 30% dari total jumlah wafer ke produsen kontrak eksternal seperti TSMC. Ini bertujuan untuk menurunkan angka tersebut menjadi sekitar 20%. Intel kini telah beralih menggunakan alat EUV, yang akan memenuhi lebih banyak kebutuhan produksi seiring dengan dihentikannya penggunaan mesin lama.

"Di era pasca EUV, kami melihat bahwa kami sekarang sangat kompetitif dalam hal harga, kinerja (dan) kembali ke kepemimpinan," kata Gelsinger.

"Dan di era pra-EUV, kami menanggung banyak biaya dan tidak kompetitif," ujar dia.

Intel berencana menghabiskan US$ 100 miliar untuk membangun atau memperluas pabrik chip di empat negara bagian AS. Rencana penyelesaian bisnisnya bergantung pada upaya membujuk perusahaan luar untuk menggunakan jasa manufakturnya.

Sebagai bagian dari rencana tersebut, Intel mengatakan kepada investor bahwa mereka akan mulai melaporkan hasil operasi manufakturnya sebagai unit yang berdiri sendiri. Perusahaan ini telah berinvestasi besar-besaran untuk mengejar pesaing utama pembuat chipnya, TSMC dan Samsung Electronics Co Ltd.

(shc/kil)

Hide Ads