Momen setelah Lebaran seringkali digunakan para karyawan untuk resign atau mengundurkan diri dari pekerjaannya. Biasanya kondisi ini terjadi karena resign setelah Lebaran memiliki beberapa keuntungan yang tidak sulit didapat pada waktu lain, seperti mendapat THR sebelum keluar kerja. Namun apa yang bisa dilakukan perusahaan agar karyawan mereka tidak banyak yang 'kabur' setelah Lebaran?
Praktisi dan Konsultan Sumber Daya Manusia (SDM) Audi Lumbantoruan mengatakan hal utama yang bisa dilakukan perusahaan agar karyawannya tidak pada 'kabur' alias resign setelah Lebaran adalah dengan membuat mereka merasa nyaman dan menjadi bagian dari perusahaan.
Dengan membuat para karyawan merasa bagian dari perusahaan, mereka akan memiliki loyalitas lebih sehingga tidak mudah untuk mengundurkan diri. Baik karena alasan internal seperti lingkungan pekerjaan yang kurang baik maupun karena alasan eksternal seperti mendapat tawaran kerja baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah itu harus kembali ke HRD atau pemberi kerjanya, gimana melakukan program-program yang bisa membuat karyawan merasa 'ini rumah saya', 'ini keluarga saya'," kata Audi kepada detikcom, Rabu (17/4/2024).
Sebagai contoh, Audi menyebut perusahaan bisa membuka jalur komunikasi antara atasan dengan bawahan. Sehingga proses komunikasi tidak hanya berjalan satu arah (hanya dari atasan kepada bawahan saja).
Dengan begitu para karyawan akan merasa diri mereka dihargai dan pendapat-pendapat mereka didengar. Kondisi ini sedikit banyak membuat para karyawan merasa dibutuhkan untuk menjadi bagian dari perusahaan.
"Contohnya sederhana, buka komunikasi. Berikan kesempatan karyawan berbicara, menyampaikan pendapat, karena itu artinya mereka didengarkan," ucapnya.
Kemudian perusahaan juga bisa meningkatkan loyalitas pada pekerja dengan memberikan apresiasi terhadap hasil kerja karyawan. Kalau hasil pekerjaan karyawan sudah baik, perusahaan bisa memberikan reward tertentu. Namun jika dirasa masih kurang baik, perusahaan mungkin bisa memberi bantuan kepada karyawan tersebut agar kinerjanya bisa meningkat.
"Kedua, hargai pekerjaan mereka dengan selayaknya. Jadi hindari yang namanya penilaian kinerja yang bias. Lakukan dengan transparan supaya mereka tahu bagaimana pola kerja mereka sejauh ini, sudah maksimal atau belum," jelas Audi.
"Kalau sudah maksimal, bagaimana langkah ke depannya, apakah mereka masih punya karier di perusahaan atau tidak. Kalaupun misalnya pekerjaan mereka tidak bagus hasilnya, ya bagaimana cara perusahaan untuk membantu karyawan bisa lebih baik," terangnya lagi.
Menurutnya, dengan melakukan beberapa contoh di atas, perusahaan bisa mencegah para karyawan untuk resign setelah Lebaran. Walaupun dalam praktiknya contoh-contoh di atas dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada kondisi internal perusahaan.
"Itu saja sebenarnya, tapi kalau mau diruntut (dijelaskan secara detail) banyak itu (yang bisa dilakukan)," pungkasnya.
(fdl/fdl)