Terungkap! Ini Biang Kerok 150 Sapi Impor Australia Mati Saat ke RI

Terungkap! Ini Biang Kerok 150 Sapi Impor Australia Mati Saat ke RI

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 22 Apr 2024 17:26 WIB
Suasana bongkar muat Sapi impor dari Australia dipindahkan ke dalam truk dari kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (29/3).
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Sebanyak 150 sapi impor asal Northern Territory (NT), Australia mati misterius pada bulan lalu. Sebanyak 100 sapi dilaporkan mati saat dalam perjalanan ke Indonesia, sementara 50 lainnya mati di depot ekspor, Darwin.

Investigasi telah dilakukan dan dugaan penyebabnya adalah penyakit parasit bernama koksidiosis. Awalnya, dilaporkan bahwa sapi tersebut kemungkinan mati karena botulisme.

Namun, kepala dokter hewan NT Dr Rob Williams menjelaskan, meski kemungkinan botulisme tak bisa dikesampingkan, tapi ada bukti bahwa penyebab kematian sapi tersebut disebabkan koksidiosis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bukti yang kami temukan sangat mendukung diagnosis koksidiosis," katanya, dikutip dari ABC News, Senin (22/4/2024).

"Ini jelas bukan penyakit menular, tapi merupakan salah satu penyakit yang hidup bersama ternak dan biasanya semuanya baik-baik saja," tambah dia.

ADVERTISEMENT

Pemerintah NT menyelidiki kematian ternak di depot ekspor, sementara Departemen Pertanian Federal (DAFF) menyelidiki kematian di kapal Brahman Express yang menuju Lampung dan Medan. Dalam sebuah pernyataan, juru bicara DAFF mengatakan koksidiosis telah diidentifikasi sebagai penyebab potensial kematian sapi, namun diagnosis pastinya belum dipastikan.

Sebagai informasi, semua ternak tersebut berasal dari Australia Tengah dan diangkut dengan truk ke utara Australia menuju Darwin. Mereka dipelihara selama beberapa minggu sebelum dilakukan pengiriman.

Apa itu koksidiosis?

Menurut situs Meat and Livestock Australia, coccidia merupakan parasit protozoa yang hidup di dinding usus kecil dan besar pada hewan yang berpotensi menimbulkan penyakit dalam kondisi tertentu. Koksidiosis paling umum terjadi pada hewan muda yang belum memiliki kekebalan, namun bisa juga terjadi pada hewan tua yang stres.

Williams mengatakan, koksidiosis ada di usus sebagian besar sapi, dan biasanya tidak menyebabkan penyakit apa pun, terutama pada sapi dewasa. Dia menambahkan, depot ekspor di dekat Darwin untuk ekspor sapi ke Indonesia ditangguhkan sementara selama proses penyelidikan. Depot itu diklaim telah mengikuti prosedur yang benar.

"Saya pikir ini hanya kejadian yang tidak menguntungkan karena ternak datang dari daerah kering ke daerah basah dan kondisi lingkungan berkontribusi terhadap kasus yang tidak biasa ini," sebutnya.

Sebagai informasi, pada akhir Maret lalu dilaporkan sebanyak 151 sapi impor asal Australia mati karena wabah saat dalam perjalanan menuju Indonesia. Berdasarkan laporan yang diperoleh dari Kementerian Pertanian Australia, Badan Karantina Indonesia (Barantin) mengatakan sapi tersebut mati karena terpapar wabah. Namun dari ratusan ekor, hanya delapan bangkai yang ditemukan di atas kapal.

(ily/ara)

Hide Ads