Melihat Eksistensi 'Manusia Sampan' di Sunda Kelapa yang Hampir Mati

Melihat Eksistensi 'Manusia Sampan' di Sunda Kelapa yang Hampir Mati

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Selasa, 23 Apr 2024 13:30 WIB
Ojek Sampan
Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Ojek sampan jadi salah satu layanan rekreasi yang tersedia di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Dengan ojek sampan ini, para pengunjung bisa menikmati indahnya pemandangan laut Jakarta.

Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, Selasa (22/4/2024), ojek sampan ini dapat ditemui di pesisir pelabuhan dekat gerbang pos satu tempat kapal-kapal kayu yang berlabuh. Sampan-sampan kecil berkapasitas maksimal 7 orang ini ini biasanya berlabuh menyempil di balik tanggul, bersebelahan dengan kapal kayu besar lainnya.

Agar bisa menemui ojek sampan ini, penumpang harus menaiki tanggul yang terbuat dari tumpukan tanah merah dilapisi karung dengan tangga kayu. Kondisi ini membuatnya sedikit sulit ditemukan jika tidak mengintip dari atas tanggul pesisir pelabuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat berada di kawasan itu, detikcom bertemu dengan salah seorang ojek sampan bernama Bakar (78). Ia mengaku sudah menggeluti profesi itu sejak 1972 alias selama 32 tahun lebih.

Ia bercerita pada awalnya profesi ojek sampan ini sangatlah menjanjikan, sebab saat itu Pelabuhan Sunda Kelapa ini sangatlah ramai. Kala itu dalam sehari ia bisa narik lebih dari 7 kali dalam sehari.

ADVERTISEMENT

"Tahun 70an, 80an, itu masih ramai di sini. Banyak orang naik untuk menyebrang (dari pelabuhan) ke pasar ikan (Kawasan Pasar Ikan Luar Batang atau Kampung Akuarium). Dulu kan orang kapal, buruh, pada menyeberang," kata Bakar.

"Dulu nggak pernah kosong itu kantong, sampai capek kita dayung. Dulu kan sampannya belum pakai mesin," terangnya lagi.

Seiring berjalannya waktu, layanan ojek sampan ini mulai ditinggal wisatawan, baik lokal maupun asing. Menurutnya kondisi ini terjadi sejak 2013 sampai sekarang.

"Sekarang mah sepi. Kalau nggak salah sejak 2013, dulu pas pelabuhan ini sepi banget. Sampai sekarang sepi. Seminggu paling cuma narik satu sampai dua kali kalau ramai. Nggak pernah sampai tiga kayanya," ucapnya.

Ojek SampanManusia Sampan Foto: Ignacio Geordy Oswaldo

Kondisi ini semakin diperparah sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada tahun 2019. Di mana pada saat itu, aktivitas masyarakat dibatasi terutama untuk yang ingin berwisata.

Akibatnya ia harus berhenti bekerja sebagai ojek sampan sekitar dua tahun. Beruntung setelah pembatasan mulai dilonggarkan, ia bisa kembali 'berlayar' dengan sampan kecilnya.

"Setelah Covid itu malah ramai, tapi cuma dua bulanan lah, habis itu sepi lagi kaya sekarang," tambahnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh seorang ojek sampan lain bernama Lupi (61) yang juga sudah 'narik' sampan sejak 1970-an. Ia mengatakan saat itu banyak pekerja kapal dan warga sekitar menggunakan jasanya.

Selain itu, sesekali datang juga wisatawan yang ikut menaiki sampannya hanya untuk sekedar berkeliling. Namun kondisi ini berubah sejak kawasan di sekitar pasar ikan dibangun tanggul.

"Habis itu nggak ada lagi mereka (pekerja kapal) naik, kan sudah nggak bisa lagi menyeberang dari sini. Biasanya mereka jadi pada jalan, kalau sekarang kan pada naik motor," kata Lupi.

Karena itu ia hanya bisa berharap dari wisatawan, khususnya mereka yang berasal dari luar negeri, untuk menaiki sampannya. Itu pun sangat jarang, paling hanya satu atau dua penumpang dalam seminggu.

"Paling cuma mengandalkan turis aja. Kebanyakan sih turis luar negeri. Itu juga jarang. Kadang sekali dua kali ada bule lewat, tapi kebanyakan nggak mau naik. Seminggu paling satu dua (wisatawan)," katanya.

"Paling tadi satu itu kan datang, narik sekali. Dua hari kemarin sepi nggak ada sama sekali. Padahal biasanya ya Sabtu-Minggu baru ada penumpang, kalau ada, kalau nggak ya mau gimana," ungkapnya lagi.

Lihat juga Video 'Menengok Masjid Agung Sunda Kelapa Beratap Seperti Perahu':

[Gambas:Video 20detik]



(fdl/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads