Rupiah KO Ditekuk Dolar, Bos Bulog Sebut Biaya Impor Beras Naik

Samuel Gading - detikFinance
Kamis, 25 Apr 2024 20:00 WIB
Ilustrasi beras - Foto: iStock
Jakarta -

Perum Bulog memastikan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bakal berdampak terhadap biaya impor beras dan jagung. Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengatakan bahwa kenaikan biaya bakal dirasakan langsung.

"Dampaknya kalau terjadi peningkatan dolar AS atau pelemahan rupiah maka itu langsung (naik). Jadi tonase (beras dan jagung impor) dikali dengan harga dikali dengan kurs. Kalau kursnya naik 10% maka total kebutuhan biaya untuk membayar impor naik 10%. Itu langsung (naik) sifatnya," ucap Bayu di Bulog Corporate University, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2024).

Bayu kemudian menjelaskan, bahwa besaran dampak melemahnya rupiah terhadap dolar bagi Bulog pun dapat dikalkulasi dengan membandingkan biaya Perum Bulog dalam asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan nilai dolar riil.

"Anda bisa melihat perbedaan antara dolar riil dengan asumsi APBN, di situlah terjadinya kenaikan biaya Bulog," jelasnya.

Oleh sebab itu, Bayu menjelaskan pihaknya selama ini menyarankan agar kebijakan stabilisasi pangan dilakukan dalam jangka panjang untuk mengelola risiko serupa. Sebab melalui program stabilisasi jangka panjang, risiko kenaikan harga dolar bisa diredam dengan kontrak pembelian jangka panjang.

"(Stabilisasi pangan jangka panjang) saya tidak hanya mengatakan untuk impor, tapi dalam negeri juga. Itu pentingnya kita punya kebijakan jangka panjang. Bukan karena kita pingin impor dalam jangka panjang tapi kita bisa membuat perencanaan dan melakukan antisipasi risiko yang mungkin terjadi," tegasnya.

Walhasil melihat situasi melemahnya rupiah terhadap dolar, Bayu mengatakan bahwa kebijakan impor sepenuhnya bersifat penugasan. Karenanya, ia menjelaskan biaya importasi beras dan jagung bakal bersifat pass through alias dibebankan kepada APBN.

Pihaknya pun sudah berdiskusi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) serta perbankan yang melakukan pembiayaan impor untuk melakukan perhitungan bersama menghadapi situasi nilai tukar tersebut.

"Bulog telah melakukan stress test yang terus menerus diperbarui dari waktu ke waktu melihat pergerakan rupiah kepada dolar. Kita terus lakukan simulasi sampai dengan saat ini, bisa saya sampaikan bahwa dengan kerja sama intens dengan Kemenkeu dan perbankan, kegiatan Bulog untuk memperkuat stok masih bisa terjaga," imbuhnya.

Di sisi lain, Bayu mengatakan pihaknya sampai saat ini juga masih bisa menjaga kredibilitas khususnya terhadap supplier untuk menjamin bahwa Bulog masih cukup cair (liquid) untuk membiayai kegiatan impor.




(kil/kil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork