Ada Konflik Israel-Iran, Produksi Pupuk RI Bakal Terganggu?

Ada Konflik Israel-Iran, Produksi Pupuk RI Bakal Terganggu?

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 30 Apr 2024 15:28 WIB
Ilustrasi Urea Granul
Ilustrasi pupuk (Foto: Dok. Pupuk Kaltim)
Jakarta -

Memanasnya konflik Israel dengan Iran membuat rantai pasok sejumlah komoditas global terganggu. Hal ini termasuk di antaranya minyak dan gas (migas) hingga urea yang merupakan produk bahan baku pembuatan pupuk.

SVP Transformasi Bisnis PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) Wisnu Ramadhani mengatakan, Timur Tengah merupakan salah satu pemasok energi terbesar untuk Eropa dan Rusia. Pada kala itu, industri pupuk mengalami pukulan hebat, hal ini karena keduanya merupakan produsen besar komoditas fosfat.

"Saat itu di dunia dampaknya ke kita, harga naik berkali-kali lipat. Harga sangat tidak wajar, demand tetap, suplai terbatas. Apalagi saya ingat saat itu akhri tahun masuk musim dingin (di Eropa)," kata Wisnu, dalam acara Konferensi Pers di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (30/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkaca dari kondisi itu, menurutnya tensi yang terjadi di Timur Tengah saat ini menimbulkan kondisi yang sedikit berbeda. Menurutnya, dampak konflik Israel-Iran tidak terlalu terasa ke industri pupuk.

"Sekarang bagaimana dengan konflik jazirah Arab yang kemarin di sampaikan? Iran itu merupakan suplier urea juga. Cuman karena kemarin diembargo, produk mereka masuk ke trader-trader tangan ketiga. itulah yang beredar di market," terangnya.

ADVERTISEMENT

Dengan demikian, hingga saat ini belum ada pengaruh signifikan atas kondisi memanasnya geopolitik Timur Tengah itu. Begitu pula dengan sisi suplai bahan baku pupuk dan energi, menurutnya masih mencukupi.

"Saat ini apakah suplai turun? Tidak, masih normal karena mereka sudah terbiasa sebagai negara yang diembargo. Sudah punya jalur tikus sendiri untuk memasarkan produknya," ujarnya.

Meski demikian, ia belum dapat memastikan bagaimana kondisinya apabila kondisi ini makin memanas dalam beberapa waktu ke depan. Di sisi lain, salah satu yang menurutnya perlu diwaspadai justru datang dari Asia-Pasifik sendiri.

"Terkahir muncul isu China sudah mulai buka keran ekspornya. Dampaknya adalah itu akan membanjiri pasar regional Asia-Pasifik. Saat ini saja harga aja cenderung, bisa dilihat di yang biasa publish harga, harga turun, itu gambarannya," kata Wisnu.

Sebagai informasi, sebelumny Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut, jika harga bahan baku pupuk mahal dan di sisi lain Indonesia tidak punya, maka perlu untuk mendapatkan bahan baku dari luar negeri.

Menurutnya, salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan bahan baku dari luar negeri itu ialah dengan melakukan akuisisi.

"Kalau saya ditanya pendapat pribadi saya pikir penting untuk dijadikan alternatif, ketika bahan baku pupuk kita mahal dan kita tidak punya, dan itu kita impor, maka saya pikir tidak ada salahnya kalau itu kemudian dipertimbangkan untuk mendapatkan dari luar, dan caranya paling baik adalah akuisisi," paparnya di kantornya, Jakarta, Senin (29/4/2024).

(shc/das)

Hide Ads