Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) hari ini menerima sebanyak lebih 99.648 ekor benur lobster yang gagal diselundupkan. Dalam kesempatan itu, Plt Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP Pung Nugroho Saksono menjelaskan modus operandi penyelundupan benih bening lobster (BBL) yang makin marak di Indonesia.
Pria yang akrab disapa Ipung ini menyebut para pelaku penyelundupan begitu mendapatkan benur lobster mencari banyak jalan untuk langsung mengirim ke negara tujuan, mulai dari jalur laut, darat, hingga udara. Sebab, benur lobster ini tidak dapat bertahan hidup lebih lama.
"Penyelundupan BBL ini semakin hari semakin marak. Begitu musim, ini kan ketahanannya (benur lobster bertahan hidup) nggak lama, begitu dia dapat paling lama 1 hari, pengirimannya nggak bisa ditunda-tunda dulu. Mereka pasti cari jalan. Lewat sini nggak bisa, lewat sana. Plan A nggak bisa, pakai plan B," ujarnya dalam acara Konferensi Pers Penggagalan Penyelundupan Benih Lobster, Palembang, Senin (6/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan modusnya bermula dari nelayan yang mengirim ke pengepul kemudian ke distributor. Dia bilang memang akhir dari penyelundupan ini bermuara di Palembang dan Jambi. Dari Palembang dan Jambi ini, para pelaku penyelundupan menggunakan jalur laut untuk mengirim ke negara tujuan.
Lebih lanjut, dia juga bercerita mengenai modus penyelundupan melalui jalur darat. Dia bilang jalur darat ini para pelaku mengganti mobil setiap memasuki daerah baru.
"Modusnya, mereka mengganti mobil biasanya dari mulai Sukabumi sampai Bogor ganti mobil. Nanti nyebrang ganti mobil. Dari berangkat mereka seperti itu," jelasnya.
Bahkan mobil yang diganti bukan hanya sekadar mobil truk, tapi menggunakan mobil Alphard. Bahkan jika melalui jalur eksklusif menggunakan private jet.
Dia bilang hal ini membuat pihaknya kesulitan. Karena saat mau dikejar, pelaku sudah mengganti mobil dan juga plat nomor.
Adapun modus operandi melalui jalur udara, Ipung berujar pelaku menggunakan koper untuk menyimpan benur lobster. Untuk itu, pihaknya terus melakukan pemantauan dan kerja sama dengan Bea Cukai untuk menyelidiki hal tersebut.
"Koper-koper itu isinya bukan baju, tapi lobster. Kenapa bisa lolos? Kita kerja sama dengan tim bandara bagaimana bisa lolos? Kita lakukan pendalaman terus sehingga kita tutup pintu-pintu mereka mulai darat laut dan udaranya. Modus modus seperti ini kita harus mulai jeli karena si pelaku ini akan membaca petugas-petugas lagi di mana, petugas lagi lengah," imbuhnya.
Dia menegaskan maraknya penyelundupan BBL di Indonesia karena adanya potensi keuntungan yang luar biasa besar. Dalam penangkapan pelaku penyelundupan BBL di Banyuasin ini, Ipung menyebut nilainya mencapai Rp 15 miliar.
Simak Video 'Kapal Ikan Vietnam Kabur Dikejar Petugas di Laut Natuna':