Ketergantungan kita pada energi berbahan bakar fosil jadi perhatian besar saat ini, mengingat emisi CO2 semakin menjadi-jadi. Apalagi saat ini tantangan perubahan iklim semakin menunjukkan wujud nyata dengan terjadinya banyak bencana alam dan sejumlah fenomena alam lainnya.
Di saat energi terbarukan sedang dalam masa transisi, Indonesia perlu memikirkan bagaimana agar suplai energi tetap dapat terpenuhi dan dengan harga yang terjangkau. Harapannya, ketersediaan energi dan upaya pengurangan emisi karbon bisa seiring sejalan di Indonesia.
Emangnya bisa?
Hadirnya teknologi carbon capture and storage (CCS) digadang-gadang bisa jadi jalan tengah antara ketersediaan energi, pengurangan emisi, dan harga energi yang terjangkau. Dengan CCS, emisi karbon yang dihasilkan dapat ditangkap dan disimpan sehingga tidak terlepas ke atmosfer. Karbon yang telah ditangkap kemudian disuntikkan ke perut bumi.
Nggak bahaya, ta? Bagaimana dengan potensi kebocoran selama proses penangkapan, pengangkutan, dan penyimpanan CO2? Apa iya CCS justru jadi celah untuk melanggengkan praktik greenwashing perusahaan energi kotor?
Dengarkan jawabannya bersama Head of Business Development ICCSC, Diofanny S. Putri, dalam episode terbaru Podcast Tolak Miskin 'Tangkap dan Simpan Karbon di Perut Bumi, Ga Bahaya Ta?'. Klik widget di bawah ini untuk mendengarkan atau temukan podcast Tolak Miskin di Spotify dan kanal siniar lainnya.
(eds/eds)