Pedagang beras mengaku stok beras di Jakarta aman hingga panen raya berikutnya. Wakil Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Billy Haryanto mengatakan saat ini stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mencapai 45.000-50.000 ton beras.
Dia menyebut stok ini aman hingga menjelang panen raya berikutnya. Bahkan dapat mengantisipasi defisit beras yang diperkirakan terjadi pada Juni mendatang.
"Saat ini stok 45.000-50.000 ton beras. Aman sekali untuk empat bulan ke depan," kata Billy kepada detikcom, Rabu (22/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan safety stock di PIBC mencapai 35.000-40.000 ton. Hal ini berarti, stok beras di Jakarta melampaui dari batas aman.
"Biasanya 35.000-40.000 ton. Sekarang (stoknya) 45.000-50.000 ton," imbuhnya.
Meski begitu, dia bilang pemerintah juga harus tetap waspada untuk harga beras. Jangan sampai harga beras melonjak signifikan seperti tahun lalu.
Dia menyebut tahun 2023, harga beras sempat melonjak hingga Rp 3.000 per kg. Menurutnya, yang diinginkan pedagang adalah harga yang stabil. Selain itu, stok beras juga jangan sampai kosong di ritel-ritel.
"Pedagang maunya harga stabil. Jangan seperti tahun kemarin harga loncat Rp 3.000/kg. Tapi, untuk tahun ini harus waspada dan belajar dari tahun kemarin. Jangan sampai beras kosong lagi di modern market," imbuhnya.
Sebelumnya, pemerintah telah menyiapkan cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 1,8 juta ton. Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan jumlah tersebut cukup besar. Bahkan dapat menjadi persiapan Bulog menghadapi defisit beras pada Juni mendatang.
"Kita sudah memiliki pengalaman. Itu sebabnya, Bulog sekarang memiliki stok cukup besar dengan 1.8 juta ton. Itu adalah bagian persiapan kita menghadapi musim paceklik," katanya kepada awak media di Sentra Penggilingan Padi Bulog Karawang, Senin (20/5/2024).
Lebih lanjut, dia menjelaskan defisit beras pada bulan Juni memang telah terjadi setiap tahun karena memasuki musim kering. Dia menyebut berdasarkan data BPS, Indonesia akan mengalami defisit sebesar -0,45 juta ton.
"Kita sudah tahu bahwa musim kering mulai Juni itu selalu defisit, kalau dilihat dari angkanya diperkirakan bulan Juni itu minus 0,45 juta ton. Dibandingkan Januari-Juni tahun ini dibanding Januari-Juni tahun lalu itu lebih rendah sejumlah sekitar minus 2,3 juta ton," imbuhnya.