Airlangga Dorong Perusahaan CNGR di China Kerja Sama R&D dengan UGM

Airlangga Dorong Perusahaan CNGR di China Kerja Sama R&D dengan UGM

Jihaan Khoirunnisa - detikFinance
Senin, 27 Mei 2024 13:44 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto  mengunjungi fasilitas industri terintegrasi CNGR yang berbasis di daerah Qinzhou, China bagian Selatan.
Foto: Kemenko Perekonomian
Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengunjungi fasilitas industri terintegrasi CNGR yang berbasis di daerah Qinzhou, China bagian Selatan. Jaraknya kurang lebih 90 km dari Kota Nanning di China bagian selatan. Kedatangan Airlangga diterima langsung oleh Chairman CNGR Deng Wei Ming.

Airlangga mengecek secara langsung fasilitas teknologi OESBF untuk ketahanan cadangan mineral, yang dapat mengambil cakupan nikel dengan grade lebih luas. Kemudian fasilitas Elektrolitik Nikel yang menggunakan teknologi ekstraksi sentrifugasi.

Selanjutnya melihat teknologi untuk produksi prekursor bahan baku battery lithium yang saat ini digunakan oleh banyak industri terkemuka seperti Tesla, Samsung, LG, SK, Panasonic.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada kunjungan tersebut, Airlangga juga mendorong CNGR agar membantu pengembangan R&D material untuk energi baru, yang bekerja sama dengan perguruan tinggi. Dalam hal ini dengan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM).

Melalui kerja sama ini akan dipersiapkan pendirian Metal Energy R&D Center atau Pusat Riset dan Pengembangan Material Energi. Sementara UGM akan berperan dalam pengembangan Engineering Research Innovation Center di UGM, yang saat ini penelitiannya lebih banyak mengenai recycling, rare earth element, deposit material di Indonesia.

ADVERTISEMENT

Airlangga berharap dukungan CNGR akan lebih fokus ke material untuk energi baru.

Di sisi lain, Deng menyampaikan ketertarikannya untuk menjalin kerja sama dengan universitas di Indonesia.

"CNGR berkomitmen untuk bekerja sama dengan universitas terkemuka di Indonesia dalam pengembangan diversifikasi teknologi industri material untuk energi baru di Indonesia," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (27/5/2024).

Diketahui, CNGR adalah salah satu Group Perusahaan besar dari China yang bergerak di industri pengolahan nikel, yang memimpin pengembangan dan inovasi di bidang energi material, dan diakui sebagai The World Leader in New Energy Materials. CNGR melakukan 4 modernisasi industri, yakni diversifikasi teknologi, globalisasi pengembangan, digitalisasi operasional dan membuat ekologisasi industri.

Sebagai industri terintegrasi dalam pengolahan nikel, CNGR memproduksi Sintesa Prekursor Terner dan Nikel Elektrolitik. CNGR merencanakan untuk melakukan investasi sebesar Rp 168,2 triliun dalam 20 tahun ke depan, dan sejak tahun 2021 sudah melakukan investasi sebesar Rp 32,1 triliun di Indonesia. CNGR sudah membangun fasilitas industri pengolahan nikel di Morowali, Morowali Utara, Weda Bay, dan Batulicin.

Saat ini CNGR mulai mengembangkan fasilitas kawasan terintegrasi di Konawe Utara yang disebut Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara (KITHK) seluas lebih dari 5.000 Ha, yang pembangunannya akan dimulai pada Kuartal keempat tahun 2024, dan diperkirakan dapat menyerap sebanyak 28 ribu tenaga kerja lokal.

Untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan ketahanan Cadangan mineral Indonesia, CNGR melakukan pengolahan bijih nikel dengan inovasi teknologi OESBF (Oxygen Enriched Side Blown Furnace) yang merupakan industri pertama di dunia yang mengimplementasikan pemanfaatan bijih nikel dengan cakupan grade yang lebih luas, efisiensi energi yang meminimalisir emisi karbon, dan produksi limbah yang ramah lingkungan serta dapat dimanfaatkan oleh industri lain.

Selain itu, sebagai hasil dari sinergi dengan kebijakan hilirisasi mineral di Indonesia, CNGR telah berhasil memproduksi Elektrolitik Nikel (Nickel Cathode) dengan kemurnian 99,99%. Per 23 Mei 2024, CNGR juga telah membawa nikel Indonesia masuk ke dalam rantai pasokan metal di LME (London Metal Exchange).

(akd/ega)

Hide Ads