Bahaya di Balik Batubara untuk Crash Program
Rabu, 31 Jan 2007 11:31 WIB
Jakarta - Batubara berkalori rendah yang akan digunakan untuk crash program pembangkit 10 ribu megawatt ternyata berbahaya. Batubara jenis ini mudah mengalami swabakar atau pembakaran sendiri di tambangnya.Jika terjadi swabakar di tambang batubara bawah tanah, bisa mengakibatkan kebakaran dan ledakan hebat yang merusak tambang dan bisa menghilangkan nyawa pekerjanya. Sebagai antisipasi bahaya tersebut, Balitbang Departemen ESDM bekerjasama dengan JCOAL sejak tahun 2002 melakukan uji coba peralatan pemantau online dan terpusat di unit penambangan Ombilin milik PT Tambang Batubara Bukit Asam di Sawah Lunto, Sumbar. Selain itu juga uji coba pemadaman jika terjadi swabakar di Ombilin dan tambang milik PT Fajar Bumi Sakti, Kaltim."Alat ini akan memberikan sinyal sehingga kebakaran bisa dicegah lebih dini," kata Inspektorat Jenderal Departemen ESDM Suryantoro dalam kata sambutannya saat Lokakarya Swabakar Batubara di Gedung Departemen ESDM, Jakarta, Rabu (31/1/2007).Menurut Kepala Balitbang ESDM Nenny Sri Utami, untuk penelitian ini Jepang menghibahkan Rp 20 miliar yang terdiri dari Rp 5 miliar untuk alat-alat seperti Spontaneous Combustion Ester, Gas Kromotografi, Heat Tester dan Smell Detector. Alat-alat tersebut kini dikelola Balitbang Tekmira ESDM. Sedangkan Rp 15 miliar sisanya digunakan untuk proyek di Ombilin. Supervisor proyek untuk Indonesia, Aldi Wibowo menambahkan, jika PLTU ingin menggunakan alat ini, harus menyiapkan investasi sebesar US$ 20-30 miliar. Sementara keterlibatan Jepang dalam proyek ini tidak lepas dari posisi Jepang sebagai pengimpor batubara nomor 1 dari Indonesia. Sekitar 25 persen kebutuhan batubara Jepang berasal dari Indonesia.
(qom/ddn)