Anak Usaha Telkom Buka Suara Respons Starlink Masuk RI

Ilyas Fadilah - detikFinance
Jumat, 31 Mei 2024 20:04 WIB
Foto: Ilyas Fadilah/detikcom
Jakarta -

Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) Theodorus Ardi Hartoko, merespons hadirnya Starlink milik Elon Musk di Indonesia. Starlink diketahui dapat melayani kebutuhan internet via satelit tanpa tower.

Menurut Ardi, Mitratel sebagai perusahaan tower Tanah Air mengaku tidak merasa tersaingi oleh Starlink. Bahkan ia mengaku perusahaannya diuntungkan dengan hadirnya Starlink di Tanah Air.

"Positioning Mitrate di mana sih terkait dengan Starlink? Kita ini pihak yang paling diuntungkan dengan adanya Starlink. Ini adalah layanan yang idealnya bisa digunakan untuk jadi backhaul, itu adalah satu konektivitas yang pita lebar yang bisa mengaktifkan BTS-BTS, dan idealnya ini BTS yang sulit mendapatkan solusi konektivitas terestrial," katanya dalam konferensi pers di Kantornya di Jakarta, Jumat (31/5/2024).

Menurutnya, daerah seperti Jakarta dan Surabaya cukup mudah mengaktifkan BTS yang tinggal dihubungkan ke kabel optik. Namun untuk daerah yang sulit terjamah, salah satu solusi yang dapat diambil adalah menggunakan layanan berbasis satelit.

"Kalau nggak ada fiber pake radio antar tower dengan kapasitas besar, gampang. Tapi nggak terbayang bagaimana yang di Puncak Jaya, yang di wilayah Papua, wilayah kepulauan-kepulauan itu. Nah dibutuhkanlah itu solusi backhaul, yang salah satu penyedia yang ada saat ini adalah layanan satelit berbasis geo," bebernya.

Oleh karena itu ia menilai hadirnya Starlink memberi peluang positif bagi perusahaan. Saat ini Mitratel punya kerjasama strategis dengan Starlink melalui Telkomsat. Starlink sebagai satelit Low Earth Orbit (LEO) dipakai sebagai backhaul infrastruktur di pedesaan dan area terpencil.

"Kita melihat itu sebagai satu opportunity. Nah strategi Mitratel seperti apa? kita sudah ada kerja sama dengan partner kita Telkomsat, yang juga partner dari pemilik atau satelit Starlink sendiri, diharapkan operator kita mudahkan," imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Investasi Mitratel menyebut Starlink menggunakan media udara sebagai pengirim sinyal, yang jarak antara daratan ke satelit sekitar 500 kilometer hingga 2.000 kilometer. Oleh karena itu, terdapat batasan dan potensi latensi jaringan atau keterlambatan jaringan.

Namun jika menggunakan jaringan fiber optik, daerah-daerah terpencil sulit terjamah. Selain itu butuh biaya besar yang dampaknya ke pendapatan perusahaan kurang signifikan.

"Dengan adanya Starlink, kita bisa bangun tower di situ. Operator bangun BTS, untuk konek ke BTS, ke network atau backbone itu kita akan gunakan Starlink sehingga penetrasi di daerah-daerah remote akan lebih gampang dilakukan dan lebih cepat," bebernya.

Dengan skema tersebut, masyarakat juga tidak harus berlangganan Starlink secara langsung. Mereka bisa tetap menggunakan kartu seluler biasa dan menikmati layanan internet.

"Dari sisi biaya ini akan efisien, karena Starlink itu nanti bisa biayanya bisa dishare ke masyarakat-masyarakat yang pakai HP di situ, jadi masyarakat tidak perlu beli langganan Starlink, tapi dia cukup gunakan HP biasa, menggunakan kartu langganan HP biasa tapi sudah bisa voice call, download data, Facebook, dan lain-lain," pungkasnya.




(ily/hns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork