Fenomena Menjamurnya Manusia Patung di Kota Tua Jakarta

Liputan Khusus

Fenomena Menjamurnya Manusia Patung di Kota Tua Jakarta

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Minggu, 09 Jun 2024 11:27 WIB
Manusia Patung di Kawasan Kota Tua.
Foto: Ignacio Geordi Oswaldo/detikcom
Jakarta - Kota Tua merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup ramai dikunjungi di Jakarta, terutama ketika hari libur. Tua-muda, lelaki-perempuan, baik bersama keluarga maupun teman, banyak pengunjung berbondong-bondong ke tempat bersejarah ini untuk menghabiskan waktu.

Di kawasan itu banyak berdiri gedung-gedung bekas kantor pemerintahan pada masa penjajahan Belanda, saat Jakarta masih disebut Batavia. Walaupun kini bangunan bersejarah itu sudah disulap menjadi wisata edukasi seperti Museum Fatahillah, Museum Batik, hingga Museum Seni Rupa dan Keramik.

Saat berkunjung ke kawasan tersebut, biasanya para pengunjung akan menemui para seniman yang mengecat tubuh mereka dengan warna metalik, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Mereka adalah para manusia patung yang berperan menirukan sosok tertentu.

Para seniman ini juga mengenakan kostum unik atau berdandan dengan gaya tertentu untuk menunjang peran mereka. Layaknya patung seorang tokoh, para seniman ini juga tidak akan berbicara atau bergerak saat wisatawan berfoto bersama mereka.

Salah seorang manusia patung Kota Tua, Eko, bercerita keberadaan para manusia patung di kawasan wisata itu sebenarnya sudah ada sejak 2010 lalu. Namun kala itu, belum banyak seniman yang mau berperan sebagai manusia patung.

"Kita (manusia patung Kota Tua) kan komunitas, jadi kita ada itu ada sejak 2010 sebenarnya. Namun waktu itu sangat crowded, belum tertata, dulu keberadaan manusia patung ini masih sedikit. Kebanyakan ada badut, ada (manusia) robot, ada pantomim, ada yang hantu-hantuan," kata Eko saat ditemui detikcom, Kamis (6/6/2024) kemarin.

Barulah sekitar tujuh tahun yang lalu, pihak Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua melakukan penataan ulang kawasan tersebut. Sehingga pada saat itu banyak seniman jalanan yang tidak sejalan dengan nuansa kawasan sebagai tempat wisata edukasi sejarah tidak diperkenankan lagi tampil.

Beruntung saat itu para manusia patung sudah banyak memerankan sosok-sosok yang sedikit banyak merupakan bagian dari sejarah atau budaya nasional. Misalkan saja sosok pahlawan nasional, tentara hingga petani zaman penjajahan Belanda, hingga tokoh wayang. Sehingga komunitas ini tetap diakui sebagai bagian dari objek wisata Kota Tua dan terus tampil hingga saat ini.

"Di tahun 2017, baru itu pengelola kawasan bersama Pemprov DKI, dengan dinas perwarisataan mulai menata dan merevitalisasi Kota Tua hingga akhirnya disepakati pada waktu itu yang boleh eksis di sini adalah komunitas yang bernuansa sejarah atau budaya nasional karena seiring dengan Kota Tua sebagai destinasi sejarah," jelas Eko.

"Jadi dari sedikit yang waktu itu sudah menjadi manusia patung memang sudah bernuansa sejarah. Nah itu akhirnya yang dari hantu-hantu, badut bergabung ke komunitas. Waktu itu namanya masih komunitas manusia batu, namun dari situ kan ada yang sekedar tampil tapi asal-asalan. Mulai ada semacam kurasi dan audisi (untuk bisa menjadi manusia patung) agar sejalan dengan tujuan membangun Kota Tua," tambahnya

Senada dengan Eko, manusia patung yang lain bernama Wahyu juga mengatakan mereka sudah sejak lama menjadi bagian dari kawasan wisata Kota Tua. Ia sendiri sudah melakoni profesi ini sejak 2014 lalu.

Ia mengatakan untuk menjadi manusia patung di kawasan Kota Tua mereka harus melalui kurasi dari pihak UPK. Hal ini bertujuan agar tokoh atau sosok yang diperankan para manusia patung ini sesuai dengan eksistensi kawasan tersebut.

"Di sini diharuskan dengan sejarah, jadi kita tokoh-tokoh lain nggak boleh. Harus jadi karakter yang berhubungan sama sejarah. Kita juga diseleksi untuk bisa tampil di sini. Sama UPK ada saja ditanya-tanya kenapa kamu pilih (menjadi patung) tokoh ini, itu ditanya. Sejarahnya gimana, gitu-gitu. Jadi ada seleksinya," ungkap Wahyu.

Ada juga manusia patung yang lain bernama Yusuf yang memerankan tokoh wayang Gatotkaca mengatakan seni peran yang satu ini sudah lama berada di Kota Tua Jakarta. Sama seperti manusia patung lain, ia yang sudah menjalani profesi itu sejak 2013 lalu mengatakan untuk bisa tampil di kawasan itu harus melalui kurasi pihak UKT agar sejalan dengan nuansa edukasi sejarah dan budaya nasional. (rrd/rir)


Hide Ads