Dirut Bulog Buka-bukaan Kondisi Stok Beras Dalam Negeri

Inkana Izatifiqa R. Putri - detikFinance
Kamis, 13 Jun 2024 18:01 WIB
Foto: dok. Perum Bulog
Jakarta -

Pertambahan jumlah penduduk di dunia turut berdampak terhadap ketersediaan pangan. Selain peningkatan jumlah populasi penduduk, krisis iklim, pembatasan ekspor dan kondisi geopolitik, membuat banyak negara harus berkutat dengan persoalan ketahanan pangan ini.

Menjawab persoalan tersebut, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membeberkan strateginya dalam menjaga stabilitas pangan nasional. Ia mengungkapkan Perum Bulog mengalami tantangan tersendiri dalam menuntaskan persoalan ketahanan pangan. Pasalnya, persoalan ketahanan pangan harus dibahas secara utuh dari hulu ke hilir, termasuk dari proses produksi, distribusi sampai konsumsi.

"Perum Bulog hanya bisa menyerap gabah, bila produksinya ada. Kami berkomitmen untuk terus memprioritaskan penyerapan gabah dalam negeri. Saat ini kami telah menyerap kurang lebih 700 ribu ton, lebih dari target yang telah ditugaskan oleh pemerintah sebesar 600 ribu ton. Kami optimis bisa menyerap lebih dari 900 ribu ton setara beras pada tahun ini. Impor hanya dilakukan bila perlu, melihat neraca beras yang ada," ujar Bayu dalam keterangannya, Kamis (13/6/2024).

Lebih lanjut, Bayu menjelaskan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dimiliki Perum Bulog saat ini sejumlah 1,8 juta ton, 30% berasal dari stok dalam negeri. Untuk bisa menyerap gabah dalam negeri secara maksimal, pengadaan Perum BULOG memiliki beberapa mekanisme.

"Yang pertama adalah membeli gabah, tunggu di gudang. Hal ini hanya bisa dilakukan di 10 Sentra Penggilingan Padi yang dimiliki Perum Bulog, di mana kita bisa menyerap gabah dalam jumlah yang cukup banyak. Pilihan kedua adalah membeli gabah dengan cara menjemput ke petani. Mekanisme ketiga adalah membeli beras asalan dari penggilingan-penggilingan padi kecil yang kita beli dan olah sehingga menghasilkan beras sesuai kemauan pasar," jelas Bayu.

Bayu mengungkapkan meski penyerapan gabah dalam negeri sudah optimal, namun terdapat persoalan serius pada proses produksi. Menurut data BPS, produksi padi pada periode Januari-April 2024 turun 17,54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu saat mencapai 22,55 juta ton.

Dalam menjaga ketersediaan pangan, lanjut Bayu, Perum BULOG pun mulai masuk ke ranah hulu dengan memiliki program bernama Mitra Tani.

"Menjadi petani itu tantangannya makin besar dan berat. Karenanya petani harus didampingi dan dibantu untuk bisa membantu peningkatan produktivitas. KPI kami adalah meningkatkan produktivitas petani melalui program ini, bukan semata-mata hanya untuk bisa mendapatkan beras. Kalau petani bisa meningkatkan produktivitasnya, maka secara makro ada peningkatan produksi beras. Saat ini sudah ada 250 Hektar lahan yang dikelola dalam program ini," ucap Bayu.

Perum Bulog memastikan bahwa setiap dapur di Indonesia memiliki akses ke pangan yang cukup dan terjangkau. Untuk meningkatkan daya saing global, selain menambah cadangan beras, Perum BULOG juga akan ditugaskan untuk melakukan kerja sama ekonomi dan investasi pangan, khususnya perberasan, dengan negara Kamboja.

Sementara itu Ekonom FEB Universitas Indonesia dan Staf khusus BUMN Prof. Dr. Mohammad Ikhsan mengatakan diperlukan perbaikan dalam memastikan ketersediaan pangan dalam menjaga ketahanan pangan.

"Stabilisasi hanyalah salah satu bagian dari ketahanan pangan. Stabilisasi tidak akan efektif tanpa perbaikan oleh komponen lain, yaitu ketersediaan pangan. Tren dari produksi pangan itu turun untuk semua komoditas," paparnya.

Ia menegaskan diperlukan kerja sama dari berbagai pemegang kebijakan, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani, koperasi, dan sektor swasta. Menurutnya, kolaborasi ini penting untuk memastikan ketersediaan dan distribusi pangan yang efektif serta mendukung ketahanan pangan nasional.

Dalam kesempatan lain, selebriti Chef Chef Ragil Imam Wibowo mengapresiasi peran vital dan kerja sama Perum BULOG dengan berbagai stakeholder, untuk memastikan ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia,

"Kolaborasi saat ini menjadi penting untuk memastikan bahwa ketersediaan beras berjalan dengan baik dan efisien. Ada beragam produk turunan yang bisa dihasilkan dari beras, termasuk susu beras atau air tajin, yang saat ini tengah populer digemari di beberapa negara Barat. Tentunya hal ini menjanjikan untuk menjadi salah satu komoditas ekspor," pungkasnya.



Simak Video "Video Mentan Lapor Prabowo Stok Beras Tertinggi dalam 23 Tahun"

(prf/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork