Lahirnya Bank Mandiri
Sekitar enam bulan berselang sejak pertama kali Tanri Abeng bersama Robby Djohan banting tulang menyehatkan Garuda. Sayap-sayap Garuda pun mulai pulih dan tampak mulai bisa kembali terbang dengan sehat.
Tugas berat berikutnya pun telah siap menghadang Tanri. Tugas itu adalah menyehatkan empat Bank BUMN yang terdiri dari Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dengan melakukan skema penggabungan atau merger menjadi Bank Mandiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu dimerger Itu (4 Bank) semua sudah bangkrut sebenarnya, karena Non Performing Loan (NPL/Kredit Macet)-nya sudah di atas 60%," sebut Tanri.
Pilihan mengambil langkah merger bukanlah hal yang datang begitu saja. Pasalnya, sebelum ide merger ini dicetuskan, Presiden Soeharto telah terlebih dahulu mewacanakan untuk mempertahankan salah satu bank sementara bank lainnya bergabung ke dalam 1 bank yang dipertahankan tersebut.
Ide Soeharto tak serta merta dijalankan Tanri. Ia lantas menyarankan alternatif lain bila ingin hasil penggabungan 4 bank ini dapat menjadi bank yang besar dan sehat.
"Saya bilang, Pak, kalau ada satu dipertahankan, yang tiga itu bagaimana perasaannya. Kedua, Pak ini kita mau melakukan reformasi total. Ya jadi jangan ada yang dipertahankan nanti kulturnya masih kultur yang itu-itu juga," cerita Tanri.
Akhirnya diputuskan lah untuk membentuk bank baru. "Kalau begitu kita namakan Bank Catur! Langsung Pak Harto bilang begitu," ujar Tanri menceritakan.
Singkat cerita, upaya merger ini berlanjut dengan penunjukan sosok baru untuk mengisi jabatan sebagai Direktur Utama di Bank Catur ini. Saat itu ditunjuk seorang Pejabat di PT Taspen untuk memimpin bank hasil merger tersebut.
Namun langkah itu tak berjalan baik. Orang yang ditunjuk ternyata menyatakan diri tidak sanggup dan mengundurkan diri dari posisi dirut tersebut.
"Dia orangnya jujur banget, namanya Pak Mul. Dia datang ke saya. Dia bilang, Pak Menteri saya tidak sanggup." kenang Tanri.
Tanri kembali teringat pada koleganya yang saat itu masih menjabat sebagai Dirut Garuda. Adalah Robby Djohan yang kembali ditunjuk untuk menjalankan misi barunya.
"Waktu itu Garuda mulai stabil menjelang 6 bulan. Saya butuh Robby untuk memimpin merger Bank Mandiri. Pak Mul yang saya tunjuk mengundurkan diri, saya cari-cari lagi, kembali dapatnya Robby," ucap Tanri.
Dipilihnya Robby kembali tentu bukan tanpa alasan. Apa lagi kalau bukan latar belakangnya yang seorang bankir. Tanri berkisah, membujuk Robby untuk meninggalkan jabatannya sebagai Dirut Garuda ternyata bukan perkara mudah.
"Dia (Robby Djohan) bilang dia masih betah di Garuda. Akhirnya saya bujuk beliau. Saya bilang, saya tunjuk kamu jadi Komisaris Utama Garuda. Jadilah dia sebagai Dirut Bank mandiri dan Komut Garuda," sebutnya.
Berhasil membujuk Robby, Tanri pun mulai berjibaku dengan tugas kedua ini. "Kita pontang-panting lagi di situ. Karena IMF menuntut ini harus segera. IMF mengatakan kita dikasih 24 bulan untuk melakukan merger Bank ini," katanya.
Di luar dugaan, Robby mendatanginya dan berkata akan dikerjakan dalam waktu 8 bulan. "Eh, saya nggak mau tunggu 24 bulan. Saya kerjakan 8 bulan," ucap Tanri menirukan Robby.
Tanri pun kaget dan menanyakan apakah hal itu mungkin dilakukan. "Dia jawab 'Bisa'. Dan benar dia kerjakan 8 bulan sudah Merger. Makanya sebelum saya turun bulan September, bulan Agustus sudah saya teken surat merger Bank Mandiri ini," tuturnya.
Meski berjalan lancar, Ide Presiden Soeharto memberi nama Bank hasil merger tersebut dengan nama Bank Catur tidak digunakan. Bank tersebut kini berkibar dengan bendera baru bernama Bank Mandiri.
Kini, Tanri Abeng telah berpulang. Ia meninggal dunia dini hari tadi di usianya 83 tahun. Berkat jasanya, Garuda Indonesia masih bisa mengudara sampai hari ini dan Bank Mandiri menjelma sebagai salah satu bank terbesar di Tanah Air.
Simak juga Video 'Tanri Abeng Dalam Kenangan':
(acd/ara)