Usaha Limbung gegara Pandemi, Penjual Kue-Baju Ini Bangkit Lagi Berkat UMi

Usaha Limbung gegara Pandemi, Penjual Kue-Baju Ini Bangkit Lagi Berkat UMi

Erika Dyah - detikFinance
Selasa, 25 Jun 2024 14:29 WIB
UMKM BRI
Foto: BRI
Jakarta -

Pandemi COVID-19 sempat membuat berbagai usaha terutama usaha mikro melesu, termasuk yang dialami Neneng Kurniasih, penjual kue dan baju di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Namun, usahanya bisa kembali bergairah dengan bantuan pinjaman modal dari Holding Ultra Mikro (UMi).

Usaha Neneng dimulai dari berjualan kue kering pada tahun 2012 hingga ia bisa mengumpulkan keuntungan dan memutar modalnya dengan menambah usaha, yaitu berjualan baju secara kredit.

"Awalnya saya memulai usaha berjualan kue kering pada 2012. Kue tersebut saya jual dengan sistem pre-order. Dari usaha jualan kue kering itu, terkumpul modal usaha baru, kemudian saya manfaatkan untuk berjualan baju secara kredit ke orang-orang. Namun, usaha saya sempat anjlok akibat pandemi COVID-19," jelas Neneng dalam keterangan tertulis, Selasa (25/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, kondisi pandemi yang membuat usahanya limbung jadi penyebab dirinya lama tak berjualan bahkan sempat minim modal untuk memulai usaha lagi. Saat itu, Neneng dikenalkan dengan program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dari PT PNM oleh salah satu temannya. Layanan ini merupakan pinjaman modal untuk perempuan prasejahtera pelaku UMKM yang diluncurkan sejak 2015.

"Saya kemudian mencoba pinjam modal ke PNM Mekaar sekitar tahun 2021-2022. Saya dapat pinjaman sekitar Rp 6 juta. Modal tersebut saya manfaatkan untuk menjalankan usaha jualan baju, karena pikir saya saat itu makanan sudah banyak pesaingnya," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

"Namun, setelah usaha jualan baju itu membuahkan keuntungan, saya akhirnya juga memanfaatkan pinjaman tersebut sebagai modal untuk berjualan kue kering lagi," imbuh Neneng.

Ia pun menjalankan kembali usaha kue bernama 'Nastar Jadoel Emak Nye Ociit' dan banyak menerima pesanan kue kering. Kukis yang dijual bermacam-macam, ada nastar dalam kemasan toples 500 gram seharga Rp 60 ribu, sagu keju Rp 55 ribu, putih salju Rp 60 ribu, kemudian biji ketapang Rp 40 ribu dalam kemasan 600 gram serta peyek kemasan toples 5 liter seharga Rp 40 ribu.

Selain kue kering, Neneng juga menerima pesanan dimsum dari mahasiswa kampus sekitar tempat usahanya di Jakarta Timur. Untuk dimsum, pesanan biasanya dilakukan lebih dulu oleh pembeli lewat WhatsApp.

Sementara untuk usaha baju, Neneng mengaku dagangan cepat laku. Ia mengungkapkan tak mengambil keuntungan yang terlalu besar dari jualan baju ini, sehingga banyak orang yang tertarik beli baju ke dia. Biasanya, Neneng mengambil pakaian dari pasar atau toko yang lebih besar, kemudian memasarkannya ke orang-orang dengan sistem kredit tempo sebulan saja.

Berkat pinjaman modal dari PNM Mekaar ini, Neneng mengungkapkan omzet usahanya pun kian meningkat.

"Setelah bergabung dengan PNM Mekaar, saya tak hanya mendapatkan pinjaman modal usaha, tetapi jadi kenal dengan anggota PNM Mekaar lainnya. Lewat kelompok atau komunitas seperti ini, saya jadi bisa memperluas pemasaran dan membuat pembeli saya jadi bertambah," tutur Neneng.

"Bahkan, banyak juga ibu-ibu anggota PNM Mekaar yang ikut memesan kue kering hingga baju ke saya. Dengan pendapatan yang semakin meningkat, kini saya bisa meraih omzet usaha di atas Rp 5 juta per bulannya," sambungnya.

Neneng merasa bersyukur karena modal pinjaman dari PNM Mekaar membuatnya bisa kembali menjalankan usaha dengan lebih baik. Bahkan, hal ini turut berdampak pada perekonomian keluarganya karena ia bisa menyekolahkan anaknya tanpa kendala biaya sama sekali.

Di tempat terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan BRI, PNM, dan Pegadaian berkomitmen mengembangkan ekonomi di tingkat grassroot melalui Holding Ultra Mikro. Menurutnya, langkah ini menjadi contoh nyata transformasi ekonomi sejatinya dimulai dari bawah.

BRI serta PNM dan Pegadaian memberdayakan pelaku usaha mikro agar mereka tak hanya menjadi agen pertumbuhan ekonomi lokal. Namun turut serta dalam pembangunan ekonomi nasional secara menyeluruh.

Diketahui, sejak dibentuk pada September 2021 lalu total kredit yang disalurkan kepada pelaku usaha mikro dan ultra mikro per Kuartal I-2024 mencapai Rp 622,6 triliun. Jumlah tersebut kurang lebih telah menyentuh 47,6% dari total pembiayaan BRI dengan jumlah nasabah 36,8 juta.

"Bahwa untuk pemberdayaan itu ternyata tidak cukup dikasih kredit. Yang paling penting itu dua hal ternyata, dikasih kredit dan didampingi, dan yang kedua mereka juga harus diajari menabung," pungkasnya.

Simak juga Video: Kala Sandiaga Uno Apresiasi UMKM Gorontalo

[Gambas:Video 20detik]




(anl/ega)

Hide Ads