Bos Badan Pangan Ungkap Alasan Gen Z Ogah Jadi Petani: Nggak Ada Duitnya!

Bos Badan Pangan Ungkap Alasan Gen Z Ogah Jadi Petani: Nggak Ada Duitnya!

Retno Ayuningrum - detikFinance
Selasa, 25 Jun 2024 17:09 WIB
Petani memanen padi organik di Agro Eduwisata Organik (Aewo) Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (14/12/2023). Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan padi organik bisa menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi ketersediaan pangan di tengah krisis pangan dunia akibat dampak perubahan iklim. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww.
Foto: ARIF FIRMANSYAH/ARIF FIRMANSYAH
Jakarta - Sektor pertanian tak lagi menarik minat generasi muda, termasuk generasi Z sehingga banyak yang tak mau menjadi petani. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi merespons hal tersebut.

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, petani milenial dengan rentang usia 19-39 tahun hanya sekitar 6,1 juta orang. Jumlah tersebut hanya 21,39% dari total petani keseluruhan 28,19 juta orang.

Arief menilai banyaknya milenial yang tidak mau menjadi petani lantaran tidak menghasilkan uang. Bahkan justru sering mengalami kerugian.

"Kenapa milenial Gen Z tidak mau bercocok tanam? Nggak ada duitnya. Jadi, punya uang, nandur abis itu rugi, waktunya habis," kata Arief dalam acara Seminar Nasional: Strategi Mewujudkan Swasembada Pangan Menuju Indonesia Emas 2045, Gedung DPR RI, Jakarta, (25/6/2024).

Dia pun membandingkan dengan penghasilan bekerja di sektor lebih modern yang mana minimal gajinya Rp 4 juta per bulan. Menurutnya, menjadi petani bertahun-tahun tidak menjadikan seseorang lebih kaya.

"Kalau kerja di modern market minimal UMP Rp 4 juta, nandur 3-4 tahun segitu-segitu aja nggak kaya-kaya," jelasnya.

Untuk itu, dia bilang harus ada perubahan. Dia bilang skema di sektor pertanian saat ini tidak membuat produktivitas pertanian lebih tinggi.

Menurutnya, perlu ada upaya untuk meningkatkan produktivitas. Di sisi lain, harga produk-produk tidak boleh lebih tinggi. Hal ini dikhawatirkan produk-produk pertanian dalam negeri tidak dapat bersaing dengan produk luar negeri.

"Kalau tidak bisa memiliki daya saing dengan pertanian luar negeri dan harga kita jauh lebih tinggi dibandingkan luar negeri kita tidak bisa bersaing," imbuhnya. (rrd/rir)


Hide Ads