Kena Imbas Dolar Ngamuk, Pengusaha Maskapai Minta Relaksasi

Kena Imbas Dolar Ngamuk, Pengusaha Maskapai Minta Relaksasi

Samuel Gading - detikFinance
Selasa, 02 Jul 2024 12:34 WIB
Ilustrasi pesawat
Foto: Getty Images/Vadimborkin
Jakarta -

Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai dirasakan industri penerbangan. Oleh sebab itu, mereka meminta pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bisa memberikan relaksasi terhadap aktivitas maskapai di lapangan.

"Kami berharap nanti dari Kementerian BUMN, mungkin bisa memberikan relaksasi terhadap kegiatan dari airport yang sekarang, sehingga dalam merespon tingginya harga nilai tukar uang rupiah ini bisa membantu industri airline tetap bisa survive," kata Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja, dalam agenda 'Indonesia Aero Summit 2024' di Redtop Hotel, Pecenongan, Jakarta Pusat, Selasa (2/7/2024).

Denon kemudian mengatakan bahwa INACA sendiri sudah berkomunikasi dengan PT Pertamina (Persero) terkait potensi kenaikan harga bahan bakar avtur. Ia mengatakan ini adalah salah satu upaya yang dilakukan pihaknya untuk mengatasi dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, Devon mengatakan bahwa para maskapai juga berharap ada berbagai relaksasi yang bisa diberikan pemerintah untuk membantu maskapai. Mulai dari perpajakan, insenstif, serta berbagai hal lainnya. Walhasil, Denon mengaku bakal berkomunikasi dengan Kementerian BUMN untuk menanyakan terkait rincian relaksasi dan bantuan yang bisa diberikan pemerintah.

"Nanti saya mesti tanya sama Kementerian kira-kira relaksasi apa yang mau diberikan. Karena ada banyak ya? Karena ada perpajakan, ada insentif, ada BSC, ada kemudian harga Avtur. Ini nanti tergantung dari pemerintah. Tapi INACA sudah memberikan upaya," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Devon mengatakan bahwa pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk bisa menjadi mediator dengan berbagai kementerian dan lembaga seperti Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian BUMN, Pertamina, sampai Angkasa Pura untuk membicarakan dampak melemahnya nilai tukar rupiah kepada industri penerbangan. Sebab, ia menilai solusi dari persoalan itu tidak hanya relaksasi atau insentif saja.

"Mungkin solusinya bukan cuman insentif, tapi bagaimana kita bisa meningkatkan traffic dalam waktu yang cepat. Karena ada banyak solusi dan FGD yang kita coba upayakan.Sehingga cost management untuk tadi yang ditanyakan, apakah ini masih cukup promising karena kita negara kepulauan, which is gak ada pilihan lain untuk traveling di Indonesia dengan penerbangan, harus dipikirkan oleh lintas kementerian tadi," pungkasnya.

Adapun berdasarkan data RTI, Selasa (2/7/2024) nilai tukar rupiah terhadap dolar terpantau masih melemah dan berkisar di atas Rp 16.000. Hingga pukul 11.40 WIB, dolar kembali menguat ke level Rp 16.356, mata uang 'Negeri Paman Sam' bergerak dalam rentang terendah Rp 16.304 dan tertinggi Rp 16.381 Secara bulanan dolar AS sudah menguat 0,87% dan dari awal tahun sampai hari ini 6,24%.




(das/das)